HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PRIA DAN WANITA DEWASA DI BOGOR

PENDAHULUAN

Hiperkolesterolemia dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Hiperkolestrolemia adalah suatu kondisi di mana kadar kolesterol darah melebihi 250 mg/dl. Prevalensi hiperkolestrolemia di Indonesia rentang umur 25-65 tahun menurut Survei Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) 2004 adalah sebesar 1,5% dan prevalensi batas tinggi (kadar kolesterol darah 200-249 mg/dl) adalah sebesar 11,2%. Kelompok batas tinggi dapat menjadi hiperkolesterolemia apabila tidak menjaga pola hidup sehat dan seimbang. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah konsumsi pangan dan aktivitas fisik. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolesterol darah yang meliputi asupan lemak, karbohidrat, protein, kolesterol, asupan serat pangan, aktivitas fisik dan jenis kelamin.

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dimulai pada bulan Juli hingga Oktober 2012. Lokasi penelitian bertempat di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Jumlah subjek penelitian ini dihitung berdasarkan rumus perhitungan subjek minimal penelitian cross sectional dengan mempertimbangkan prevalensi kadar kolesterol batas tinggi pada rentang usia 25-64 tahun sebesar 11,2%. Subjek tersebut merupakan bagian dari subjek penelitian payung. Data sekunder terdiri dari data status gizi, kadar kolesterol darah dan sebagian data konsumsi pangan. Asupan energi, serat dan zat gizi (karbohidrat, protein dan lemak) diolah berdasarkan data recall 2×24 jam dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) sebagai database. Asupan serat makanan dihitung berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI), dan digunakan pula software Nutrisurvey 2007 karena terdapat beberapa pangan yang tidak diketahui kandungan serat pangannya dalam TKPI. Jumlah asupan kolesterol yang berasal dari makanan diolah berdasarkan data FFQ selama satu bulan terakhir dengan menggunakan database kandungan kolesterol pada beberapa bahan pangan. Kebutuhan energi dihitung dengan mempertimbangkan kebutuhan energi metabolisme basal (AMB) dan aktifitas fisik. AMB dihitung dengan persamaan Harris Benedict. Pengukuran tingkat aktivitas fisik (Physical Activity Level/PAL) dilakukan dengan recall aktivitas fisik satu hari (24jam). Uji beda t (Independent Samples T-test) digunakan untuk menganalisis perbedaan antara beberapa variabel pada penelitian ini. Variabel aktivitas fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan kolesterol dihubungkan dengan kadar kolesterol darah denan menggunakan uji regresi linear ganda stepwise dua peubah dummy (wilayah dan jenis kelamin).

HASIL

Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik menunjukkan hasil sebesar (p>0.05). Sebagian besar subjek status gizi di kabupaten maupun kota tergolong dalam status gizi normal. Sebagian besar subjek memiliki kadar kolesterol darah  normal dan tidak ditemukan subjek hiperkolesterolemia. Tetapi pada hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol darah yang nyata antara subjek pria dan wanita (p<0.05), dengan kadar kolesterol darah pria lebih tinggi. Konsumsi pangan rata-rata digunakan untuk menghitung asupan zat gizi dan asupan non gizi. Secara total, asupan zat gizi dan non gizi pada subjek pria lebih tinggi dibanding subjek wanita. Pada hasil uji t-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan asupan zat gizi dan non gizi yang signifikan berdasarkan jenis kelamin (p>0.05). Tingkat kecukupan dan kategori asupan zat gizi dan non gizi asupan karbohidrat defisit (84.37%), asupan lemak tergolong normal (45.32%) tetapi masih terdapat subjek asupan lemak yang defisit (14.07%), asupan protein defisit (70.32%) dan tingkat kecukupan energi sebagian besar subjek dalam kategori defisit berat (46.88%). Konsumsi pangan yang mengandung kolesterol pada subjek digolongkan menjadi beberapa kelompok jenis pangan. Variabel aktifitas fisik, asupan karbohidrat, protein, lemak, serat dan kolesterol diuji hubungan fungsionalnya dengan kadar kolesterol darah dengan uji regresi linear ganda stepwise. Model persamaan terbaik yang didapat dari regresi adalah Y=364.699-0.299X-1.678X2+0.317X5-112.595X6+35.750 JK. Berdasarkan hasil regresi, asupan protein tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p>0.10) demikian pula dengan asupan karbohidrat dan asupan kolesterol. Asupan serat pangan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah pada  , tetapi berpengaruh nyata pada . Tingkat aktivitas fisik berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0.05). Jenis kelamin juga memengaruhi kadar kolesterol darah (p<0.05), dengan koefisisen 35.750.

PEMBAHASAN

Aktivitas fisik berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. Sehingga dapat  mengarah pada penyimpangan energi dan penambahan berat badan, akibatnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kadar kolesterol darah. Status gizi normal disebabkan subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini juga merupakan subjek dalam penelitian payung dan status gizi subjek dikategorikan berdasarkan WHO. Hasil uji beda t-test subjek pria adalah perokok sedangkan subjek wanita tidak ada yang merokok hal ini menyatakan bahwa rokok merupakan salah satu penyebab radikal bebas yang dapat menurunkan kadar HDL dalam darah sehingga menyebabkan peningkatan kadar kolesterol pada pria. Konsumsi pangan subjek pria secara total lebih banyak mengonsumsi kelompok pangan serealia dan snack merupakan sumber utama karbohidrat. Tingkat kecukupan dan kategori asupan zat gizi dan non gizi yang defisit akibat asupan lemak, karbohidrat dan protein tidak cukup atau sesuai anjuran. Asupan serat pangan yang dianjurkan sebesar 25-30  g/hari. Asupan kolesterol subjek dapat ditentukan setelah mengetahui konsumsi pangan sumber kolesterol subjek dan kadar kolesterol pada pangan tersebut. Batas anjuran konsumsi kolesterol dalam makanan adalah ≤300 mg/hari. Salah satu faktor pengaruh asupan serat pangan bahwa lemak yang cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah adalah lemak jenuh dalam bahan pangan. Olahraga secara teratur dapat menurunkan kadar kolesterol darah secara signifikan dan meningkatkan kadar HDL dalam darah.

KESIMPULAN

Hasil regersi stepwise menunjukkan bahwa asupan protein tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p>0.10), demikian pula dengan asupan karbohidrat dan asupan kolesterol. Tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0.05). asupan serat pangan dan asupan lemak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah (p<0.1). subjek dalam penelitian ini sebagian besar berstatus gizi normal karena terkait kriteria penelitian payung.

DAFTAR PUSTAKA

Waloya Tunggul, Rimbawan, dan Andarwulan Nuri. 2013. Hubungan Antara Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Kolesterol Darah Pria dan Wanita Dewasa di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. 8(1): 9-16.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *