Artikel Press Release Survey Online
Aplikasi Pengetahuan Gizi dengan Proses Pencapaian Berat Badan Ideal pada Mahasiswa Gizi di Indonesia
Pengetahuan gizi merupakan modal dasar bagi seorang mahasiswa gizi untuk mendalami bidang keilmuannya. Namun, mahasiswa gizi tidak hanya dituntut untuk memahami teori-teori terkait bidang keilmuan gizi, melainkan juga terampil dalam mempraktekan ilmu yang dimiliki dalam keseharian. Hal tersebut menjadi suatu tantangan tersendiri khususnya bagi mahasiswa gizi dimana nantinya harus bisa menjadi contoh atau role model dalam penerapan keilmuan gizi sehari-hari.
Seorang ahli gizi tentunya dianggap sebagai pribadi yang paham mengenai prinsip-prinsip bidang keilmuan gizi dan diharapkan mampu menjadi contoh yang baik di masyarakat. Oleh sebab itu, selain memiliki keilmuan yang baik terkait gizi, penting bagi mahasiswa gizi untuk bisa menerapkan prinsip-prinsip gizi terutama keilmuan gizi yang paling dasar. Salah satu sub bidang keilmuan gizi dasar yang dapat diterapkan sehari-hari yaitu terkait berat badan ideal pada tiap individu.
Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sedangkan berat badan ideal merupakan suatu standar untuk menyatakan seseorang memiliki postur tubuh tidak terlalu gemuk maupun tidak terlalu kurus yang dapat dilihat dari bentuk tubuh yang serasi antara berat badan dan tinggi badan (Anggraeni, 2012).
Terdapat banyak faktor yang terlibat dalam proses pencapaian berat badan ideal. Beberapa diantaranya yaitu asupan makan sehari-hari, aktivitas fisik, tingkat stress, serta kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, faktor genetik juga dapat mempengaruhi dalam pencapaian berat badan ideal pada individu. Pada zaman seperti ini dimana gaya hidup sedentary mulai umum di kalangan masyarakat, membuat proses pencapaian berat badan ideal menjadi sulit. Hal tersebut menjadi suatu tantangan tersendiri bagi mahasiswa gizi sebagai calon ahli gizi yang akan membawa masyarakat menuju gizi yang lebih baik.
Oleh karena itu, kami Departemen Pendidikan dan Profesi ILMAGI mengadakan survey yang dilakukan secara online terhadap mahasiswa gizi di Indonesia terkait aplikasi pengetahuan gizi dengan proses pencapaian berat badan yang ideal. Survey ini diharapkan mampu dijadikan bahan evaluasi bagi seluruh mahasiswa gizi di Indonesia untuk terus mengembangkan kompetensi dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan di bidang gizi sebelum nantinya terjun dalam permasalahan yang lebih kompleks di masyarakat.
Survey yang telah dilakukan yaitu mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa gizi terhadap berat badan individu, berat badan ideal individu, rentang berat badan ideal individu, IMT (Indeks Massa Tubuh) individu dikaitkan dengan praktik dalam pemantauan berat badan dan pencapaian berat badan ideal. Hasil yang didapatkan yaitu sebanyak 94% responden mengetahui berat badan individu namun masih belum rutin dalam praktik pemantauan berat badan dari 68,9% pernyataan responden. Sebanyak 90,6% responden menyatakan mengetahui berat badan ideal individu dan mengetahui rentang berat badan ideal pada individu (88,7%) namun pada kenyataannya sebanyak 60,4% responden memiliki berat badan aktual yang tidak sesuai dengan berat badan ideal maupun rentang berat badan ideal individu masing-masing. Sedangkan untuk IMT sebanyak 94,3% responden mengetahui terkait IMT yang ideal/dalam rentang normal namun masih banyak responden (33%) yang mengaku bahwa IMT aktual pada individu belum sesuai dengan rentang normal pada IMT, dan 13,2% responden mengaku IMT nya mendekati rentang normal (nilai 0,5 di atas/di bawah rentang normal).
Dari segi pola makan dan asupan makan sehari hari, dilakukan survey terkait kebiasaan sarapan dan makan malam. Sebanyak 43,4% responden mengaku terbiasa melakukan sarapan pagi. Sebaliknya, sebanyak 56,6% responden belum terbiasa melakukan sarapan. Padahal, sarapan memiliki peran yang sangat penting dalam membekali tubuh dengan zat gizi yang diperlukan untuk berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas fisik secara optimal setelah bangun pagi. Dengan kebiasaan tidak melakukan sarapan, akan berdampak buruk terhadap proses belajar di sekolah bagi anak sekolah, menurunkan aktifitas fisik, menyebabkan kegemukan pada remaja, orang dewasa, dan meningkatkan risiko jajan yang tidak sehat (Kemenkes, 2014). Hal ini menjadi catatan penting bagi para calon ahli gizi supaya lebih disiplin membiasakan dirinya untuk melakukan sarapan secara teratur sebelum melakukan edukasi terkait pentingnya sarapan kepada masyarakat.
Memperhatikan jam makaan malam juga penting untuk dilakukan dalam proses pencapaian berat badan yang ideal. Dari hasil survey, diperoleh 70,8% responden mengaku terbiasa makan malam pada pukul 7 sampai pukul 9 malam. Padahal, proses pencernaan makanan pada tubuh umumnya berlangsung dari pukul 12 siang hingga pukul 7 malam. Di atas pukul 7 malam, mekanisme yang terjadi didalam tubuh adalah mekanisme penyerapan makanan serta mengedarkan zat gizi ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian terhadap jam makan malam selama proses pencapaian berat badan ideal. Jika kita terlalu sering makan malam diatas pukul 7, maka metabolisme didalam tubuh akan terganggu sehingga proses pencernaan akan terhambat menyebabkan zat-zat gizi yang diasup tidak tercerna dan tidak terserap oleh tubuh dengan maksimal (Kemenkes, 2014).
Selain itu, kebiasaan makan pada individu juga punya pengaruh besar terhadap pencapaian berat badan ideal. Sebanyak 52,8% responden mengaku terkadang sudah menerapkan prinsip gizi seimbang dalam pola makan sehari-hari. Hal tersebut merupakan suatu hal yang baik namun masih perlu ditingkatkan lagi supaya bisa selalu menerapkan pola makan gizi seimbang. Frekuensi makan dalam sehari dapat mencerminkan pola makan apakah sudah sesuai dengan prinsip gizi seimbang. Sebanyak 84% responden mengaku memiliki kebiasaan makan 2-3x dalam sehari dan 57,1% responden mengaku terbiasa memakan selingan sebanyak 2-3x sehari. Idealnya, dalam sehari frekuensi makan yang baik adalah 3x makan utama (pagi, siang, malam) serta 2x selingan (selingan pagi dan selingan sore) (Kemenkes, 2014). Penerapan prinsip gizi seimbang yang lain yaitu dengan kebiasaan mengkonsumsi sayu dan buah setiap hari. Dari hasil survey, didapatkan bahwa sebanyak 47,2% responden terkadang memakan sayur dan 64,2% responden mengaku terkadang memakan buah dalam keseharian. Hal tersebut mencerminkan bahwa sudah ada kesadaran pada mahasiswa gizi untuk selalu mengkonsumsi sayur dan buah, namun masih perlu ditingkatkan frekuensi dalam mengkonsumsi sayur dan buah tersebut. Selanjutnya, berdasarkan hasil survey diperoleh sebanyak 49,1% responden mengaku ragu dengan makanan yang dikonsumsi apakah termasuk dalam makanan sehat atau tidak. Hal ini menjadi penting diperhatikan terkait dengan kejadian sakit akibat asupan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan yang sehat juga dapat mencerminkan bahwa kita menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai salah satu aspek dalam prinsip gizi seimbang.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2011). Beberapa perilaku tersebut memiliki kaitan dengan proses pencapaian berat badan ideal, dimana berat badan yang ideal akan tercapai jika tubuh selalu terjaga dalam kondisi yang sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat tersebut diantaranya yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah dari kamar mandi, serta setelah pergi dari luar rumah. Hal tersebut merupakan suatu langkah preventif dimana tangan merupakan sumber bakteri yang dapat mencemari makanan yang kita makan. Dengan melakukan cuci tangan, maka secara tidak langsung mencegah diri kita untuk tidak terkena penyakit infeksi. Dari hasil survey menunjukkan sebanyak 90% responden melakukan cuci tangan pada waktu tertentu yang telah disebutkan. Hal ini berarti sudah ada kesadaran dari mahasiswa gizi untuk membiasakan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan. Selain itu, kebiasaan membeli makanan diluar juga dapat mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dari hasil survey yang dilakukan, sebanyak 50% responden mengaku terkadang membeli makan diluar namun juga memasak sendiri dirumah/kos. Membeli makanan diluar harus memperhatikan berbagai aspek seperti kebersihan sekitar tempat penjualan makanan, kebersihan dari penjamah makanan, dan peralatan makan yang digunakan. Jika aspek tersebut diperhatikan dengan baik, maka kemungkinan makanan yang kita beli dapat terjaga keamanannya sehingga tubuh tetap sehat.
Selain aspek makanan, perilaku hidup bersih dan sehat juga dapat tercermin dari aktivitas fisik sehari-hari. Survey dilakukan terhadap kebiasaan olahraga, kegiatan sehari-hari, dan jam istirahat yang dibutuhkan dalam sehari. Menurut survey, sebanyak 79,2% responden mengaku berolahraga kurang dari 2x dalam seminggu. Hal ini mencerminkan rendahnya kesadaran mahasiswa gizi untuk mau berolahraga demi menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Sedangkan untuk aktivitas fisik yang dilakukan oleh 66% responden adalah kuliah dibarengi dengan kegiatan organisasi ataupun bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas sehari-hari pada mahasiswa gizi cukup padat dan dapat menyebabkan kelelahan akibat aktivitas yang tinggi. Selain itu, kebiasaan begadang juga muncul pada sebagian responden yaitu 50,9% mengaku bahwa terkadang begadang hingga larut malam. Kemudian jika dilihat dari waktu istirahat, sebanyak 91,5% responden mengaku dalam sehari tidur selama 4-7 jam. Jika disimpulkan, mahasiswa gizi memiliki aktivitas sehari-hari yang cukup intens namun tetap diimbangi dengan istirahat yang cukup, meskipun terkadang masih begadang hingga larut malam. Butuh peningkatan kesadaran untuk rutin berolahraga minimal 30 menit dalam sehari atau minimal 3x dalam satu minggu untuk menjaga badan tetap sehat dan berat badan tetap pada angka yang ideal.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Adisty C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Bakti Husada.