Oleh : Nurmalita Sari Dewi, Universitas Muhammadiyah Jakarta
A. Pendahuluan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit stroke, penyakit jantung koroner, penyempitan ventrikel bilik kiri pada jantung, gagal ginjal, dandiabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2003 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional di Indonesia pada penduduk umur lebih dari 15 tahun sebesar 25.8%. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa 10 provinsi memiliki angka prevalensi lebih tinggi dibandingkan angka prevalensi nasional.
Berkembangnya hipertensi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kurangnya aktivitas fisik, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, stres, serta kebiasaan makan makanan tinggi natrium, tinggi lemak, rendah serat dan rendah kalium. Natrium dan kalium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang mempunyai fungsi mengatur keseimbangan cairan asam basa tubuh serta berperan dalam kontraksi otot dan transmisi saraf.
B. Metode
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sleman pada bulan Juli 2013 dengan desain case control. Variabel terikat adalah status hipertensi sedangkan variabel bebas adalah aktifitas fisik, rasio kalium natrium dan asupan natrium. Kontrol adalah pasien non hipertensi dengan penyesuaian usia dan jenis kelamin responden kasus sebanyak 25 orang. Kasus adalah pasien hipertensi rawat jalan pada bulan Juli 2013 berusia lebih dari 18 tahun serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan dapat berkonstribusi dengan baik.
Asupan natrium, kalium dan rasio kalium natrium diukur menggunakan form semi quantitative food frequency yakni form yang didalamnya terdapat kumpulan bahan makanan mulai dari bahan makanan pokok hingga bahan pelengkap selama satu bulan. Pada asupan natrium dikategorikan lebih bila asupan ≥ 2400 mg/hari dan cukup bila asupan < 2400 mg/hari. Asupan kalium dikategorikan cukup bila asupan ≥ 2000 mg/hari dan kurang bila asupan < 2000 mg/hari. Rasio konsumsi kalium natrium dikategorikan kurang bila <1,5 dan baik bila ≥1,5.
C. Hasil
Karakteristik | Hipertensi | Tidak Hipertensi | ||
N | % | n | % | |
Jenis kelamin | ||||
Laki-laki | 7 | 28 | 7 | 28 |
Perempuan | 18 | 72 | 18 | 72 |
Umur (tahun) | ||||
Dewasa (18-45) | 7 | 28 | 7 | 28 |
Lansia (>45) | 18 | 72 | 18 | 72 |
Pekerjaan | ||||
Tidak bekerja | 13 | 52 | 12 | 48 |
Tani | 6 | 24 | 2 | 8 |
Swasta | 5 | 20 | 3 | 12 |
PNS | 1 | 4 | 6 | 32 |
Asupan Natrium | ||||
Lebih | 21 | 84 | 12 | 48 |
Sedang | 4 | 16 | 13 | 52 |
Asupan Kalium | ||||
Kurang | 20 | 80 | 6 | 24 |
Cukup | 5 | 20 | 19 | 76 |
Aktifitas fisik | ||||
Ringan | 21 | 84 | 13 | 52 |
Sedang | 4 | 16 | 12 | 48 |
Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian
Sebagian besar subyek penelitian adalah perempuan (72%), lansia (72%), tidak bekerja (52%), asupan natrium lebih (21%), asupan kalium kurang (20%), dan aktifitas fisik ringan (21%).
Variabel | Tekanan Darah | p | OR (95%CI) | |||
Hipertensi | Non Hipertensi | |||||
N | % | n | % | |||
Natrium | ||||||
Lebih | 21 | 84 | 12 | 48 | 0,016 | 5,69
(1,51-21,42) |
Cukup | 4 | 16 | 13 | 52 | ||
Rasio K:Na | ||||||
Kurang | 22 | 88 | 14 | 56 | 0,025 | 5,76
(1,36 – 24,33) |
Baik | 3 | 12 | 11 | 44 | ||
Aktifitas fisik | ||||||
Ringan | 21 | 84 | 13 | 52 | 0,032 | 4,85
(1,29 – 18,26) |
Sedang | 4 | 16 | 12 | 48 |
Tabel 2. Hubungan antara asupan kalium, rasio kalium natrium, dan aktifitas fisik dengan tekanan darah
- Hubungan asupan natrium dengan tekanan darah
- Berarti ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah dimana risiko darah tinggi subyek dengan asupan natrium lebih 5.69 kali berpotensi dibandingkan dengan subyek yang asupan natrium cukup
- Hubungan rasio asupan kalium natrium dangan tekanan darah
- Berarti ada hubungan antara rasio asupan kalium natrium dengan tekanan darah dimana risiko darah tinggi subyek dengan rasio kalium natrium kurang 5.76 kali berpotensi dibandingkan dengan subyek yang rasio asupan kalium natrium baik
- Hubungan aktifitas fisik dengan tekanan darah
- Berarti ada hubungan antara aktifitas fisik dengan tekanan darah dimana risiko darah tinggi subyek dengan aktifitas fisik ringan 4.85 kali berpotensi dibandingkan dengan subyek yang aktifitas fisiknya sedang
D. Pembahasan
Pada penelitian ini, sebagian besar subjek adalah perempuan dan lansia, dimana perempuan memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi setelah menginjak masa dimana ovarium tidak dapat memproduksi sel telur lagi (monopous). Bagi masyarakat yang kurang beraktivitas akan meningkatkan resiko obesitas dimana orang dengan status obesitas akan lebih mudah terkena penyakit hipertensi. Asupan natrium berlebih pula dapat menyebabkan beberapa masalah tekanan darah yang berujung hipertensi, diantaranya:
- Asupan natrium tinggi à naiknya hormon natriuretik à peningkatan pengeluaran cairan dari tubuh à volume darah dan tekanan darah menurun sementara à ginjal mengaktifkan protein angiotensinogen sehingga menjadi angiotensin à Pengecilan pembuluh darah àTekanan darah meningkat à kinerja jantung meningkat à hipertensi
- Asupan natrium tinggi (jangka panjang) à Meningkatkan kadar sodium didalam sel-sel otot halus anteriol àPenumpukan cairan dalam tubuh à volume dan tekanan darah meningkat
Konsumsi natrium akan meningkatkan konsentrasi natrium didalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dalam ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dimana subjek hipertensi mempunyai asupan kalium kurang (80%) dan subjek non hipertensi mempunyai asupan kalium cukup sebesar (76%) yang berarti
E. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa asupan natrium tinggi, rasio kalium natrium kurang maupun aktifitas fisik yang kurang dapat beresiko menyebabkan tekanan darah tinggi.
Daftar Pustaka
Atun, Listianingsih, Tri Siswati dan Weni Kurdanti.2014.Jurnal Asupan Sumber Natrium, Rasio Kalium Natrium, Aktifitas Fisik dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi.MGMI Vol. 6, No. 1, Desember 2014: 63-71.Yogyakarta.