Di review dari :
EPIDEMIOLOGI OBESITAS DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG: TANTANGAN DAN PENCEGAHAN
Oleh: Mohammed Ellulu, Yehia Abed, Asmah Rahmat, Yazan Ranneh, dan Faisal Ali – Global Epideic Obesity ISSN 2052-5966, HOAJ (Herbert Open Access Journals)
Obesitas merupakan kondisi abnormal atau kelebihan akumulasi lemak yang dapat mengganggu kesehatan. Seseorang dikategorikan obesitas jika memiliki IMT 30 kg/m2 atau lebih. Obesitas dapat menjadi faktor resiko penyakit kronis seperti diabetes, jantung koroner, dislipidemia, dan lain-lain. Gaya hidup sedenter serta diet tinggi kalori yang umumnya meningkat merupakan faktor pemicu obesitas sebagai implikasi dari perubahan mekanis, urban, dan industri di negara-negara berkembang. Menurut WHO, populasi kejadian malnutrisi kini menurun sebesar 1.2 milyar sedangkan populasi kejadian gizi lebih justru meningkat. Data WHO juga menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 1 milyar orang dewasa mengalami overweight dan 300 juta orang dewasa mengalami obesitas. Data WHO menunjukan bahwa angka obesitas meningkat 3 kali atau lebih sejak ytahun 1980 di negara-negara Timur Tengah, Kepulauan Pasifik, Australasia, dan China.
Prevalensi obesitas rendah di beberapa negara maju seperti China, Jepang, dan negara-negara tertentu di Afrika, namun prevalensi obesitas di daerah perkotaanya cukup tinggi yaitu sebesar 23%. Berikut disajikan tabel data statistik mengenai prevalensi kasus overweight dan obesitas pada orang dewasa.
Cut off IMT untuk kriteria orang Asia yaitu overweight 23-25 kg/m2 dan obesitas >25 kg/m2 menyebabkan peningkatan angka prevalensi obesitas di beberapa negara-negara Asia. Secata keseluruhan, tampak bahwa kejadian overweigh dan obesitas lebih tinggi dibandingkan kejadian gizi kurang di banyak negara berkembang. Tingginya angka prevalensi obesitas dan overweigh di daerah perkotaan pada negara berkembang juga memiliki prevalensi kejadian T2DM dan CVD yang tinggi dibandingkan dengan negara berkembang pada orang-orang pedesaannya. Sama hal nya dengan orang dewasa, prevalensi overweight dan obesitas pada anak-anak di negara berkembang menunjukan kecenderungan terjadinya peningkatan. Sejak tahun 1986, beberapa survei pada kalangan anak prasekolah menunjukan peningkatan kasus obesitas di sebagian besar negara Amerika Latin dan Caribbean. Tren serupa juga telah diamati di India, Meksiko, Nigeria, dan Tunisia selama 2 dekade terakhir. Tren ini sering disebut sebagai New World Syndrome yaitu resiko terjadinya hipertensi dan jantung koroner dua kali lebih besar pada anak-anak dengan status obesitas dibandingkan dengan yang normal. Selain itu, diabetes juga berhubungan dengan obesitas yang akhirnya menyebabkan resiko terjadinya kebutaan, kerusakan syaraf, penyakit ginjal, dan kardiovaskular.
Global burden—‘the double burden of disease’
Pada tahun 1997 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan
obesitas sebagai epidemi global. Pada tahun 2008, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa 1,5 miliar orang dewasa, 20 dan lebih tua, yang kelebihan berat badan dan ini lebih dari 200 juta laki-laki dan hampir 300 juta perempuan yang obesitas. Tingkat obesitas juga meningkat dengan usia setidaknya sampai 50 atau 60 tahun. Kegemukan dan obesitas merupakan resiko terjadinya kematian. Setidaknya ada 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas. Ditengah ancaman manifestasi gangguan kesehatan akibat obesitas, kasus underweight juga masih ditemukan pada negara yang memiliki prevalensi obesitas yang cukup besar. Hal ini menjadi tantangan bagi negara tersebut untuk mengatasi masalah gizi ganda yang terjadi di negaranya.
Pencegahan obesitas pada bayi dan anak harus menjadi prioritas tinggi. Strategi pencegahan utama yang dapat dilakukan adalah:
- Memberikan ASI untuk bayi.
- Mengatur asupan energi dari makanan anak sesuai dengan kemampuan anak-anak mereka
- Menghindari penggunaan gula tambahan dan pati saat memberikan makanan.
- Menjamin asupan mikronutrien yang sesuai kebutuhan
Untuk anak-anak dan remaja, pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan:
- Mempromosikan gaya hidup aktif.
- Membatasi kegiatan yang sedikit gerak seperti nonton TV
- Meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran
- Batasi konsumsi minuman bergula.
Untuk anak dengan status gizi kurang perlu dilakukannya pengawasan dalam proses pemulihannya agak tidak terjadi overfeeding.
Prevalensi obesitas yang tinggi menyebabkan peningkatan resiko terjadinya penyakit-penyakit kardiovaskular yang berujung pada peningkatan morbiditas dan mortalitas sebagai konsekuensinya. Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya obesitas yaitu gaya hidup sedenter dan pola makan yang tinggi lemak. Kebijakan dan strategi kesehatan dapat menjadi upaya penanganan untuk mengurangi angka kematian dan morbiditas. Selain itu, upaya terbaik yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur pola makan yang sehat dan peningkatan aktivitas fisik.
izin kutip