Zero Hunger dan Gizi
Hunger atau kelaparan didefinisikan sebagai bentuk kekurangan konsumsi pangan yang kronis. Organisasi Pangan Dunia (FAO) memperkirakan sebanyak 19.4 juta penduduk Indonesia masih mengalami kelaparan, khususnya yang berada di wilayah Indonesia bagian Timur. Kelaparan dapat digambarkan oleh tingkat konsumsi rata – rata energi penduduk Indonesia yang masih dibawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). FAO menetapkan lima pilar untuk mencapai program zero hunger yaitu
- Nol anak kuntet (zero stunted children) yang berusia kurang dari dua tahun.
- 100% akses terhadap makanan yang cukup sepanjang tahun.
- Sistem pangan yang berkelanjutan.
- 100% peningkatan produktivitas dan penghasilan petani pinggiran.
- Nol kehilangan dan limbah pangan
Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi anak yang menderita stunting mencapai 37.2% naik dari sebelumnya 35.6% pada tahun 2010 atau sekitar 8.8 juta anak balita di Indonesia menderita stunting. Banyak faktor yang mempengaruhi prevalensi anak stunting di Indonesia tetapi kemiskinan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting. Kemiskinan menyebabkan penurunan daya beli terhadap pangan yang cukup. Hasil Riskesdas (2013), diketahui bahwa asupan energi dan protein < 70% dari kecukupan gizi yang dianjurkan.
Ketersediaan dan kecukupan pangan baik secara makro maupun mikro merupakan prasyarat penting dalam terwujudnya ketahanan pangan dan mengakhiri kelaparan. Asupan mikronutrien tidak kalah penting untuk diperhatikan dalam upaya mengakhiri kelaparan. Hal ini dikarenakan vitamin dan mineral sebagai mikronutrien yang utamanya terdapat dalam sayur dan buah mempunyai fungsi sebagai antioksidan yang mengurangi kejadian penyakit tidak menular terkait gizi, sebagai dampak kelebihan ataupun kekurangan gizi.
Hasil Riskesdas 2010 – 2013 menunjukkan bahwa secara nasional perilaku penduduk usia > 10 tahun yang kurang mengonsumsi sayur dan buah masih di atas 90%. Dan sebanyak 97.1% dari total penduduk Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Jika dilihat berdasarkan kelompok umur maka, balita menjadi kelompok umur yang paling sedikit mengonsumsi sayur, yaitu sebanyak 86.2% balita kurang mengonsumsi sayur dan 35.7% balita kurang mengonsumsi buah. Total konsumsi sayur dan buah pada balita hanya mencapai 79.4 gram/orang/hari dari 300 – 400 gram anjuran konsumsi buah dan sayur dalam Pedoman Gizi Seimbang.
Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Pemeriksaan kesehatan rutin penting dilakukan sebagai upaya deteksi dini terhadap adanya penyakit. Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin agar deteksi dini terhadap masalah – masalah terkait gizi di Indonesia semakin terurai dan terselesaikan. Pemeriksaan kesehatan rutin yang penting di lakukan diantaranya adalah konseling dietetik, konseling gizi, pemantauan tekanan darah, pengukuran kadar hemoglobin sebagai indikator anemia gizi besi pada ibu hamil dan remaja puteri, pengukuran IMT, dan pemantauan pertumbuhan di Posyandu dan PAUD untuk anak – anak dalam upaya pencegahan stunting.