JURNAL GIZI DAN PANGAN, VOL. 8, NO.2, JULI 2013 : 83-88
Bibi Ahmad Chahyantodan Katrin Roosita
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
PENDAHULUAN
Dewasa ini, banyak permasalahan kesehatan dan gizi di Indonesia khususnya pada bayi. Hal ini dibuktikan dengan tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (Berat Badan/Umur) pada balita di Indonesia yakni 17.90% (Riskesdas 2010). Volume produksi Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif dimana produksinya dipengaruhi oleh asupan gizi yang diperoleh ibu. Kebutuhan zat gizi ibu menyusui lebih besar dibanding ibu hamil yaitu penambahan energi (500 kkal pada enam bulan pertama dan 400 kkal pada bulan selanjutnya), protein (20 g), dan konsumsi makanan sumber zat besi serta air yang cukup (Picciano 2003). Vitamin A merupakan zat gizi mikro yang penting bagi ibu nifas. Vitamin A membantu hipofise anterior untuk merangsang sekresi hormon prolaktin di dalam epitel otak dan mengaktifkan sel-sel epitel pada alveoli untuk menampung air susu di dalam payudara (Soetarini et al. 2009). Asupan vitamin A dari pangan pada perempuan di Indonesia hanya sepertiga dari jumlah yang dianjurkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) menghitung jumlah dan jenis konsumsi pangan dan asupan vitamin A; 2) menilai kecukupan produksi ASI pada masa nifas; 3) menganalisis hubungan antara asupan vitamin A dengan produksi ASI pada ibu nifas.
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian :
30 orang ibu nifas yang bertempat tinggal di Desa Ciherang, Sukawening, Dramaga, Sinarsari, dan Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor pada bulan April – Mei 2013.
Pengambilan Sampel :
Menggunakan teknik purposive, non probability quota sampling. Penarikan subjek dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusi : 1) tidak termasuk wanita risiko tinggi terhadap risiko kematian dan kesakitan pada ibu dan bayi (berumur 20—35 tahun); 2) umur bayi 10—40 hari dan bukan kelahiran pertama; 3) bersedia menjadi subjek yang ditegaskan melalui informed consent; 4) subjek dalam keadaan sadar dan tidak mengalami gangguan kejiwaan; 5) bertempat tinggal di Desa Ciherang, Sukawening, Dramaga, Sinarsari, dan Neglasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Alat Pengumpulan Data :
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner meliputi karakteristik subjek, keluarga, dan bayinya, konsumsi dan frekuensi konsumsi pangan, konsumsi kapsul vitamin A, serta persepsi kecukupan produksi ASI. Data berupa berat badan subjek dan bayinya diukur secara langsung dengan menggunakan timbangan injak ketelitian 0.10 kg. Panjang LiLA (Lingkar Lengan Atas) subjek diukur menggunakan meteran ketelitian 0.10 cm. Data konsumsi makanan sumber vitamin A diperoleh melalui wawancara dengan metode food recall 2×24 jam pada dua hari yang berbeda dan tidak berurutan serta Food frequency questionnaire (FFQ) semi kuantitatif. Data sekunder yang dikumpulkan berupa catatan ibu nifas yang diperoleh dari bidan desa dan gambaran umum wilayah serta kondisi sosial ekonomi penduduk yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Dramaga dan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Puskesmas Dramaga. Selanjutnya, dilakukan analisis normalitas data menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov dan analisis korelasi menggunakan uji kolerasi spearman terhadap data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rata-rata asupan vitamin A dari pangan sumber vitamin A sebesar 536±369.00 RE, dengan proporsi 436±380.83 RE berasal dari pangan nabati, dan 100±116.00 RE dari pangan hewani. Seluruh subjek dalam penelitian ini juga sudah mengkonsumsi dua kapsul vitamin A yang menyumbangkan vitamin A sebanyak ±2 000 SI (650 RE) per hari dengan tingkat kecukupan sebesar 76.50%.Tingkat kecukupan vitamin A dari kapsul (76.50%) jika dijumlahkan dengan rata-rata tingkat kecukupan vitamin A dari seluruh pangan (66.50%), maka tingkat kecukupannya akan lebih dari sama dengan 77.00%. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila asupan vitamin A dari pangan kurang selama masa nifas, namun dibantu dengan konsumsi kapsul vitamin A program pemerintah, maka kebutuhan vitamin A harian akan tercukupi (≥77.00%). Kecukupan produksi ASI dikelompokkan menjadi tidak cukup (skor<3), kurang (skor 3—6), dan cukup (skor>6). Sebanyak 80.00% subjek memiliki produksi ASI yang cukup bagi bayinya, sisanya (20.00%) kurang. Hasil uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin A dari pangan yang mengandung vitamin A maupun pangan sumber vitamin A saja dengan produksi ASI (p<0.05). Hal ini berarti semakin tinggi konsumsi pangan sumber vitamin A, maka produksi ASI juga akan semakin tercukupi.
KESIMPULAN
Jenis pangan nabati sumber vitamin A yang dikonsumsi oleh subjek ialah bayam, wortel, daun katuk, kangkung, sawi, tomat, ubi jalar merah, dan daun singkong. Jenis pangan hewani sumber vitamin A yang banyak dikonsumsi oleh subjek ialah daging ayam, telur ayam, susu bubuk, dan susu kental manis. Rata-rata asupan vitamin A dari seluruh pangan yang mengandung vitamin A sebesar 565±351.40 RE dengan rata-rata sumbangan 66.50±41.30%, sedangkan rata-rata asupan vitamin A dari pangan sumber vitamin A sebesar 536±369.00 RE dengan rata-rata sumbangan 63.10±43.40 %.Konsumsi pangan sehari-hari belum dapat menyumbangkan vitamin A yang cukup bagi kebutuhan vitamin A. Tingkat kecukupan zat gizi sebagian besar subjek masih defisit. Sebanyak 80.00% subjek memiliki produksi ASI yang cukup bagi bayi yang disusui. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin A dari pangan sumber vitamin A dan asupan vitamin A dari seluruh pangan yang mengandung vitamin A dengan produksi ASI (p<0.05). Konsumsi pangan dan kapsul vitamin A memiliki manfaat yang penting bagi ibu nifas. Untuk itu, sebaiknya asupan vitamin A baik dari seluruh pangan yang mengandung vitamin A dan pangan sumber vitamin A harus ditingkatkan sehingga asupan vitamin A dapat tercukupi.