[Kajian IAD] Rilis Kajian Hari Gizi Nasional : “Gizi Seimbang Dimulai Dari Keluarga”

Rilis Kajian Hari Gizi Nasional

DEPARTEMEN ISU DAN ADVOKASI ILMAGI  2018-2019

“Gizi Seimbang Dimulai Dari Keluarga”

 

             APA ITU GIZI SEIMBANG?

            Gizi seimbang merupakan merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

Adapun 4 pilar gizi seimbang, yaitu pilar pertama mengonsumsi pangan beraneka ragam, pilar kedua membiasakan perilaku hidup bersih, pilar ketiga melakukan aktifitas fisik, dan pilar keempat memantau untuk mempertahankan berat badan normal (Kemenkes RI 2014). Pesan umum gizi seimbang terdiri dari sebagai berikut:

  1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan;
  2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;
  3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;
  4. Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok;
  5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;
  6. Biasakan Sarapan;
  7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman;
  8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan;
  9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir;
  10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

         BAGAIMANA PENERAPAN GIZI SEIMBANG DI INDONESIA?

No. Pesan Gizi Seimbang Fakta
1. Batasi Konsumsi Manis,Asin, Dan Berlemak Secara nasional, sebanyak 4,8 persen, 18,3 persen dan 26,5 persen penduduk
mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes Nomor 30 tahun 2013. (Kemenkes RI 2015)
2. Peningkatan Konsumsi Protein Penduduk dengan
tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) sebesar 36,1 persen, tingkat
kecukupan protein kurang (70 – <100% AKP) sebesar 17,3 persen dan tingkat
kecukupan protein normal (>100% AKP) sebesar 46,5 persen. (SDT 2014,Kemenkes RI 2015)
3. Biasakan Sarapan Hasil kajian terhadap data sarapan Riskesdas tahun 2010 menunjukkan 30% (16.9-59%) anak sekolah tidak sarapan, 23.7% anak hanya sarapan dengan karbohidrat dan minum, serta hamper separuh anak 44.6% mengonsumsi sarapan dengan kualitas rendah, yaitu dengan asupan energi sarapan kurang dari 15% kebutuhan harian.
4. Konsumsi Sayur dan Buah Menurut data riskesdas tahun 2013, Proporsi penduduk ≥10 tahunkurang makan sayur dan buah adalah sebesar 93.5%.
5. Kebutuhan Energi Secara nasional, penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70%
AKE) sebesar 45,7 persen, tingkat kecukupan energi kurang (70 – <100% AKE) sebesar
33,9 persen, tingkat kecukupan energi sesuai AKG (100 – <130% AKE) sebesar 14,5
persen, dan lebih dari AKG (>130% AKE) sebesar 5,9 persen. (Kemenkes RI 2015)

 

              KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH INDONESIA MENGENAI GIZI SEIMBANG

Peraturan Kemenkes RI No. 23 Tahun 2014 tentang upaya perbaikan gizi telah menjelaskan gizi seimbang yang diharapkan pemerintah, sehingga tercetuslah Pedoman Gizi Seimbang. Dengan beracuan terhadap Permenkes ini, dikembangkanlah beberapa program pemerintah seperti Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Promosi kesehatan yang dilakukan oleh Kemenkes salah satunya Germas. Germas adalah bentuk promosi yang sedang digalakkan pemerintah agar masyarakat terhindar dari penyakit menular, penyakit tidak menular, dan kebiasaan yang tidak sehat. Germas memiliki 7 langkah, yaitu melakukan aktivitas fisik, membudayakan konsumsi buah dan sayur, tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan lingkungan, dan menggunakan jamban.

Pemberian Makanan Tambahan yang sering dilakukan di setiap kegiatan Puskemas dan Posyandu ini sekarang makin diutamakan oleh pemerintah untuk mencegah kurangnya gizi akibat kurangnya keragaman asupan makanan. PMT yang diberikan bisa dalam bentuk biskuit yang kaya akan kandungan gizi makro dan mikro dengan sasaran bayi, balita, dan ibu hamil yang kurang gizi. PMT lain adalah pemberian kapsul vitamin A untuk balita dan ibu nifas, tablet tambah darah untuk ibu hamil, dan lain sebagainya.

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. PHBS ini dibagi menjadi tiga bagian tergantung tempatnya, yaitu PHBS di Rumah Tangga, di Tempat Umum, dan di Sekolah. Secara umum PHBS dapat disimpulkan dengan berbagai cara, seperti menjaga kesehatan bayi, menjaga kebersihan rumah, mencuci tangan dengan sabun, olahraga yang teratur, dan membuang sampah pada tempatnya.

 

FAKTOR YANG MEMENGARUHI TERLAKSANANYA PEDOMAN GIZI SEIMBANG DI MASYARAKAT

Berdasarkan teori Wortington dan Pelto dalam Suhardjo, yang menunjukkan adanya interaksi antara faktor eksternal (Pengetahuan gizi, budaya, pola makan keluarga, teman sebaya, pendapatan, pendidikan, dan media massa) dan faktor internal (umur, gender, persepsi/citra tubuh, dan pemilihan makanan) yang akan menyebabkan lahirnya gaya hidup yang juga berpengaruh ke pola makannya.

Melalui teori tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan gizi seimbang dapat terlaksana dengan baik bila ada kombinasi yang baik antara faktor eksternal dan internal.  Faktor eksternal yang baik contohnya pemberitaan di media massa yang mulai sadar akan pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat melalui artikel-artikel mereka tentunya dengan kerjasama dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Nafsu atau selera pilihan makanan yang dapat terkontrol dengan sehat disetiap individunya pasti akan menghasilkan asupan gizi yang didapat lebih memadai.

 

DAMPAK TANPA ADANYA GIZI SEIMBANG

Kelebihan dan atau kekurangan zat gizi tertentu terjadi ketika seseorang tidak menerapkan konsep gizi seimbang. Inilah masalah gizi ganda yang sedang marak dikoar-koarkan oleh para ahli gizi untuk dicari bersama solusinya. Adapun dampak yang dapat ditimbulkan:

Kekurangan gizi berhubungan erat dengan menurunnya kualitas manusia, seperti lambatnya pertumbuhan tubuh sehingga anak menjadi pendek, mudah lelah, daya tahan tubuh yang rendah, tingkat kecerdasan yang rendah serta produktivitas menurun. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti dan Dieny (2015), bahwa pekerja wanita yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) rendah, cenderung memiliki produktivitas yang rendah pula. Karena IMT bisa menjadi acuan besar beban yang mampu dipegang oleh seseorang.

Kelebihan gizi yang ditandai dengan kegemukan dan obesitas memiliki risiko komplikasi penyakit di usia dewasa, mulai dari hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke dan asam urat dan masalah penyakit tidak menular lainnya yang berhubungan dengan gizi. Rohkuswara dan Syarif (2017) menjelaskan bahwa individu yang terkena obesitas punya kesempatan 2,008 kali lebih mudah terkena hipertensi derajat 1 dibanding yang tidak obesitas. Kedua penelitian ini sudah menggambarkan dengan sangat jelas bahwa baik gizi kurang maupun gizi lebih sama bahayanya terhadap kehidupan.

 

UPAYA PENGOPTIMALAN GIZI SEIMBANG

Pemantapan hukum dan peraturan perundangan yang mendukung penerapan pola konsumsi makanan beragam, bergizi seimbang dan aman, serta aktivitas fisik cukup dan teratur dengan kegiatan:

  1. Menyusun standar konsumsi gula, garam dan lemak.
  2. Menyusun standar konsumsi sayuran dan buah.
  3. Menyusun pedoman pengaturan aktivitas fisik, latihan fisik dan olahraga baik, benar, terukur dan teratur.
  4. Memperkuat peraturan perundangan yang mendukung produk makanan rendah garam, rendah gula dan rendah lemak jenuh.
  5. Mengatur iklan makanan dan minuman yang mengandung tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak.
  6. Memperkuat implementasi peraturan pencantuman kandungan gizi produk makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serat, gula dan garam).
  7. Mengembangkan dan memperkuat peraturan perundangan yang mendukung peningkatan aktivitas fisik dan atau olahraga yang baik, benar, terukur dan teratur di berbagai tatanan publik.
  8. Membuat peraturan perundangan tentang penyediaan sarana dan prasarana termasuk peralatan olahraga yang aman dan bermanfaat.
  9. Mendorong pengembangan peraturan daerah yang mendukung penerapan strategi nasional pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik.

Peran yang dapat dilakukan di tiap lini masyarakat antara lain:

  1. Peran Keluarga: Peran orang tua sangat penting untuk membiasakan komsumsi gizi seimbang, dalam hal ini kebiasaan makan seorang anak diperkenalkan dan bersumber dari keluarga. Mengingat Keluarga Merupakan lingkungan pertama yang dikenal seorang anak sehingga keluarga adalah penentu dasar pembentukan karakter seseorang (Budiono cit Wedastra, 2015). Olehnya itu, diharapkan setiap anggota keluarga khususnya orang tua agar pro-aktif dalam mencari informasi dan inovasi guna memaksimalkan pemenuhan gizi seimbang keluarganya.
  2. Peran Mahasiswa: Menjadi jembatan agar setiap kebijakan pemerintah tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat. Hal tersebut bisa dilaksanakan dengan mengadakan penyuluhan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang, dan lain sebagainya.
  3. Peran Media Sosial: Pengadaan Iklan layanan masyaarakat di bidang kesehatan, khususnya informasi terkait pedoman gizi seimbang. Iklan layanan masyarakat berperan penting sebagai salah satu media advokasi yang mendorong masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan.
  4. Peran Puskesmas, Posyandu, dan Kader Kesehatan agar lebih aktif lagi mengkampanyekan gizi seimbang. Hal tersebut bisa dilaksanakan dengan meningkatkan intesitas pertemuan dengan masyarakat, dan cara lain sebagainya.
  5. Peran Pemerintah: Memastikan setiap kebijakan tepat sasaran dan terlaksana secara efektif.

BAGAIMANA KETERKAITAN ANTARA HARI GIZI NASIONAL 2019 DAN GIZI SEIMBANG?

Pada peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) 2019, Kemenkes mengusung tema “Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif”. Momen Hari Gizi
Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Januari merupakan bagian penting dalam menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bersama membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi melalui gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan.

Melalui peringatan Hari Gizi Nasional 2019, ILMAGI berharap adanya peran aktif seluruh lapisan masyarakat, Pemerintah, dan Tenaga Kesehatan. Sesuai dengan tema dari Kemenkes ini, diharapkan keluarga sebagai pemberi pendidikan pertama bagi anak-anak penerus bangsa mampu menjadi solusi terbaik terhadap peliknya masalah-masalah sumberdaya manusia di Indonesia ini. Keluarga Sadar Gizi merupakan salah satu propaganda untuk menyadarkan masyarakat bahwa orang tua memiliki peran terbesar terhadap prestasi Indonesia di kemudian hari.

Maka dari itu, “Gizi Seimbang Dimulai dari Keluarga” diambil sebagai judul untuk kajian kali ini dengan maksud agar program-program pemerintah dengan dicetusnya Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dapat disediakan sedari dini, yaitu dari keluarga. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 memasukkan sasaran pembangunan kesehatan yang pertama adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat. Sehingga, pelaksanaan HGN 2019 ini direncanakan mampu menjadi momentum pengingat kembali agar warga Indonesia terus menjalankan PGS.

 

SUMBER

[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta(ID): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014. Jakarta(ID): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Studi Diet Total: Potret Pola Makan Penduduk Indonesia Saat Ini. Jakarta(ID): Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2016.Situasi Gizi Kecukupan Asupan Energi Penduduk Indonesia. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.

Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2016. Konsumsi Makanan Penduduk Indonesia. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.

Rohkuswara TD, Syarif S. 2017. Hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi derajat 1 di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung tahun 2016. 1(2): 16.

Widiastuti S, Dieny FF. 2015. Faktor determinan produktivitas kerja pada pekerja Wanita. 4(1): 34.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *