Oleh : Faridah – Ilmu Gizi, Universitas Respati Yogyakarta
Remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa. Selama remaja, perubahan hormonal mempercepat pertumbuhan. Pertumbuhan lebih cepat dari perkembangan yang lain dalam kehidupan, kecuali perkembangan satu tahun pertama kehidupan atau pada saat bayi karena pada masa ini terjadi kejar tumbuh (Kusharisupeni 2008).
Remaja dapat dikategorikan rentan dalam menghadapi masalah gizi. Alasannya adalah cepatnya pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Saat ini, terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja. Para remaja cenderung memiliki kebiasaan makan yang berbeda dari sebagian besar remaja lainnya. Salah satunya adalah dengan memilih pola makan vegetarian. Menurut Arisman (2009), vegetarian adalah kelompok tertentu yang tidak mau memakan daging hewan. Perbedaan pola makan vegetarian dan nonvegetarian terletak pada ada tidaknya asupan makanan hewani dan makanan nabati. Orang yang memilih Pola makan vegetarian hanya mengonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan makanan berserat dengan perbandingan yang lebih besar dari pada orang yang nonvegetarian. Perbedaan pola makan ini mempengaruhi jumlah konsumsi makanan dan zat-zat gizi yang akan memberikan dampak yang berbeda terhadap status gizi dan kesehatan pada remaja vegetarian dan nonvegetarian.
TUJUAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecukupan zat gizi remaja vegetarian dan nonvegetarian di Yayasan Sri Sathya Sai Bali.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Yayasan Sri Sathya Sai Bali (Sai Studi Group Denpasar). Penelitian dilakukan selama 7 bulan yang dimulai dari November 2010 sampai dengan Mei 2011. Populasi penelitian ini adalah semua remaja usia 11-19 tahun yang datang melakukan pemujaan ke Yayasan Sri Sathya Sai Bali yang berjumlah kurang lebih 100 orang. Sampel penelitian ini adalah remaja vegetarian dan nonvegetarian. Kriteria inklusinya adalah remaja sehat jasmani dan rohani, bersedia diwawancarai dengan mengisi inform consent. Khusus untuk remaja vegetarian, telah menjalani diet vegetarian selama ≥6 bulan (berdasarkan kriteria penelitian Larsson dan Johansson, 2002). Kriteria eksklusinya adalah remaja yang menderita penyakit tertentu seperti demam berdarah, TB paru, serosis hati, hemofilia dan penyakit lain yang menimbulkan perdarahan. Khusus untuk remaja putri yaitu sedang menstruasi, hamil, dan menyusui. Berdasarkan perhitungan besar sampel diperoleh sebanyak 96 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.
Jenis data adalah data primer dan data sekunder. Identitas sampel digali dengan menggunakan kuesioner. Data konsumsi makanan diperoleh dengan menggunakan formulir Food Recall 24 jam, food models dan peralatan rumah tangga (gelas, sendok nasi, sendok sayur, sendok teh, gelas dan mangkok).
Data konsumsi zat gizi dianalis dengan software Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan Nutrisurvey untuk mendapatkan rata-rata konsumsi energi, protein, kalsium, zat besi, seng, dan vitamin C sampel untuk satu hari kemudian dianalisis secara deskriptif dan analitik serta disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis perbedaan tingkat konsumsi zat gizi (energi, protein, kalsium, zat besi, seng, dan vitamin C) pada remaja vegetarian dan nonvegetarian digunakan uji Independent Sample t-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis vegetarian yang dijalani oleh remaja vegetarian berbeda-beda. Ada remaja yang menjalani vegetarian murni (vegan) dan vegetarian tidak murni (ovo vegetarian, lacto vegetarian dan lacto-ovo vegetarian). Sebagian besar remaja vegetarian menjalani vegetarian tidak murni dengan jenis lacto-ovo yang paling banyak dijalani oleh remaja vegetarian, sedangkan sebagian kecil menjalani vegetarian murni (vegan). Distribusi jenis vegetarian pada remaja vegetarian di Yayasan Sri Sathya Sai Bali disajikan dalam tabel berikut ini.
Remaja vegetarian menjalani diet vegetarian dalam kurun waktu yang berbeda. Pengelompokan lama vegetarian dikelompokan menjadi dua yaitu ≤3 tahun dan >3 tahun dengan interval tiga tahun. Khusus untuk kelompok lama vegetarian ≤3 tahun dan batas minimum lama vegetarian sesuai kriteria inklusi sampel adalah 6 bulan. Sebagian besar remaja vegetarian menjalani diet vegetarian dalam kurun waktu ≤ 3 tahun.
Konsumsi zat gizi diperoleh dari hasil analisis berat makanan dan minuman yang dikonsumsi sampel selama dua hari berturut-turut menggunakan DKBM dan Nutrisurvey. Rata-rata konsumsi menunjukan bahwa konsumsi energi, protein, kalsium, zat besi, seng dan vitamin C pada remaja vegetarian lebih tinggi daripada remaja nonvegetarian. Kecukupan zat gizi diketahui dengan membandingkan rata-rata asupan zat gizi dengan AKG.
Hasil analisis tingkat konsumsi zat gizi dengan Independent Sample t-test, menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna tingkat konsumsi energi, protein, zat besi, seng dan vitamin C pada remaja vegetarian dan nonvegetarian dimana nilai p>0.05, sedangkan ada perbedaan yang bermakna tingkat konsumsi kalsium pada remaja vegetarian dan nonvegetarian dengan beda mean 11.02 dan nilai p<0.05.
Tingkat konsumsi zat gizi dibagi menjadi dua kategori yaitu yaitu baik (≥100% AKG) dan kurang (<100% AKG). Sebagian besar remaja vegetarian dan nonvegetarian berada pada kategori tingkat konsumsi zat gizi kurang, dan sebagian kecil berada pada kategori baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecukupan gizi remaja vegetarian dan nonvegetarian.