( I Made Putra Pradnyana – Universitas Dhyana Pura )
Prestasi olahraga merupakan hasil yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk kemampuan atau keterampilan suatu cabang/nomor olahraga tertentu setelah melalui proses latihan yang terprogram, terarah dan berkesinambungan (Famelia et al., 2008). Latihan merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang atlet sebelum mengikuti suatu pertandingan. Salah satu diantaranya adalah latihan kekuatan seperti angkat beban. Latihan kekuatan tersebut akan memicu kerusakan otot yang ditandai dengan peningkatan kadar kreatin kinase serum, nyeri otot dan penurunan kekuatan otot (Jauhari et al., 2014). Hasil penelitian yang dilakukan Udani dan Singh (2009) mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan kerusakan otot dan rasa nyeri setelah melakukan latihan kekuatan dengan squats. Penelitian Cooke dkk. (2010) menunjukkan adanya peningkatan yang signifi kan terhadap kerusakan otot setelah latihan kekuatan dengan menggunakan leg press. Kerusakan otot yang terjadi harus segera dipulihkan karena akan mempengaruhi latihan berikutnya, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap prestasi.
Nutrisi atlet merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi olahraga yang optimal. Gizi yang baik berperan penting dalam mempertahankan kesehatan optimal olahragawan agar mampu berlatih dan berkompetisi dengan baik. Pemenuhan asupan gizi atlet diberikan melalui makanan berdasarkan kebutuhan dan jenis olahraga atlet. Asupan gizi yang sesuai dan latihan fisik yang rutin secara bersama – sama dapat menghasilkan prestasi atlet yang baik (Chandradewi & Irianto, 2017). Salah satu nutrisi yang paling esensial bagi atlet adalah protein (Rennie, 2006). Selama latihan kekuatan, protein bermanfaat untuk meningkatkan sintesis protein sebagai pengganti kerusakan protein tubuh yang diakibatkan latihan kekuatan, namun protein tidak berkontribusi untuk produksi energi selama latihan kekuatan. Untuk latihan ketahanan, 5 – 15 % energi total yang diproduksi berasal dari protein (Famelia et al., 2008).
Ketersediaan zat gizi dalam tubuh atlet khususnya zat gizi protein berpengaruh pada kemampuan otot dalam berkontraksi. Asupan protein mempunyai korelasi positif terhadap kekuatan otot genggaman (Rosmalina et al., 2001). Hasil penelitian juga menunjukan terdapat korelasi positif antara asupan protein dengan kekuatan otot. Semakin meningkat asupan protein maka kekuatan otot semakin meningkat. Asupan makanan terutama protein sangat berpengaruh pada masa otot melalui perubahan sintesis protein, dengan peningkatan asupan protein menyebabkan peningkatan keseimbangan protein kearah positif (Tarnopolsky et al, 1992) yang kemudian menyebabkan peningkatan sintesis protein. Asam amino rantai cabang terutama leusin merupakan stimulator kuat terhadap sintesis protein melalui jalur protein kinase mammalian target of rapamicyn (mTOR) (Baum, 2015). Peningkatan sintesis protein secara perlahan mengakibatkan hipertropi otot yang akhirnya berpengaruh pada kekuatan otot (Rasmussen, 2000). Selain itu, peningkatan sintesis protein diperlukan untuk membantu proses perbaikan dan remodeling serat otot rangka yang rusak sebagai akibat latihan berat (Setiowati, 2013). Peningkatan asupan protein harus diimbangi dengan asupan energi yang cukup, asupan energi akan berdampak pada pada peningkatan massa otot (Rozenek, 2002). Apabila asupan energi kurang maka protein akan dipecah sebagai sumber energi,
Para atlet sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein yang berasal dari hewani dan nabati. Protein asal hewani seperti daging (dianjurkan daging yang tidak berlemak), ayam, ikan, telur dan susu. Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah tahu, tempe, dan kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai dan kacang hijau) (Rusli, 2011).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsumsi protein dapat memulihkan cedera otot meningkatkan kekuatan otot pada atlet adalah FAKTA. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi protein dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot dengan mekanisme peningkatan sintesis protein secara perlahan mengakibatkan hipertropi otot yang akhirnya berpengaruh pada meningkatnya kekuatan otot. Selain itu, peningkatan sintesis protein diperlukan untuk membantu proses perbaikan dan remodeling serat otot rangka yang rusak sebagai akibat latihan berat. Namun diharapkan tidak mengonsumsi protein secara berlebihan karena dapat menimbulkan hilangnya selera makan, diare dan kekurangan cairan.
Daftar Pustaka
Baum JI., Wolfe RR. 2015. The Link between Dietary Protein Intake, Skeletal Muscle Function and Health in Older Adults. Journal Healthcare, Vol. 9, No.3 :529–43.
Chandradewi, AASP, Irianto. 2017. Asupan Energi, Protein, dan Stamina Atlet di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Nusa Tenggara Barat. Jurnal Kesehatan Prima, Vol. 11, No. 1, hal : 28 – 35.
Cooke, M.B., Rybalka, E., Stathis, C.G., Cribb, P.J. dan Hayes, A. (2010). Whey protein isolate attenuates strength decline after eccentrically-induced muscle damage in healthy individuals. Journal of the International Society of Sports Nutrition 7: 30.
Famelia, R., Abbas, ND., Herman, RB. 2008. Pengaruh suplemen asam amino terhadap ketahanan dan kekuatan otot mencit tikus (Mus musculus L.). Jurnal Bionatura,Vol 10, No.2, hal : 141 – 154.
Jauhari, M., Sulaeman, A., Riyadi, H., Ekayanti, I. 2014. Pengembangan Formula Minuman Olahraga Berbasis Tempe Untuk Pemulihan Kerusakan Otot. Jurnal Agritech, Vol. 34, No. 3, hal : 285 – 290.
Rosmalina, Yuniar, Permaesih, Rustan, Ernawati, Moeloek dan Herman. 2001. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Muscle Strength pada lakilaki Lanjut Usia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 29, No. 4.
Rozenek R, Ward P, Long S, Garhammer J. 2002. Effects of high-calorie supplements on body composition and muscular strength following resistance training J. Sports Med. Phys. Fitness 42:340-347
Rusli. 2011. Pencegahan Cedera Olahraga Bagi Atlet Melalui Nutrisi. Jurnal ILARA, Vol. 11, No. 1, hal : 78 – 87.
Rasmussen, Tipton, Miller, Wolf dan Wolfe. 2000. An Oral Essential Amino Acidcarbohydrate Supplement Enhances Muscle Protein Anabolism After Resistance Exercise. Journal Appl Physiology, vol. 88.
Setiowati, A. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh, Asupan Zat Gizi dengan Kekuatan Otot. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, Vol. 4, No. 1, hal : 33 – 38.
Tarnopolsky MA, et al. 1992. Evaluation of protein requirements for trained strength athletes J Appl Physiol Vol.73, No. 5 ,1986-95.
Udani, J.K. dan Singh, B.B. (2009). BounceBack capsules for reduction of doms after eccentric exercise: randomized, double-blid, placebo-controlled, crossover pilot studi. Journal of the International Society of Sports Nutrition 6: 14.