(Kajian hasil Survei Nasional Departemen Pendidikan dan Profesi ILMAGI)
Tahukah anda pesan gizi mana yang lebih dikenal oleh masyarakat?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Departemen Pendidikan dan Profesi Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia melakukan survei mengenai pedoman gizi manakah yang lebih dikenal, “Empat Sehat Lima Sempurna” atau “Pedoman Gizi Seimbang (PGS)” ?. Kebanyakan di antara kita mungkin lebih akrab dengan istilah empat sehat lima sempurna dibandingkan pedoman gizi seimbang. Sebelum kita mengetahui hasil survei, sebaiknya kita mengenal konsep dari masing-masing pedoman gizi tersebut.
Empat Sehat Lima Sempurna merupakan sebuah kampanye gizi yang dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat memahami pola makan yang tepat. Konsep empat sehat lima sempurna yang ditekankan yaitu dengan membagi kelompok pangan berdasarkan fungsinya menjadi empat poin dan disempurnakan pada poin ke lima dengan mengonsumsi susu. Kelompok makanan pertama yaitu makanan pokok sebagai sumber energi. Kelompok kedua yaitu lauk pauk atau sumber protein hewani dan nabati yang berfungsi sebagai zat pembangun. Kelompok ke tiga dan ke empat yang berfungsi sebagai zat pengatur berasal dari sayur dan buah.
Konsep empat sehat lima sempurna kini telah digantikan dengan pedoman gizi seimbang yang dirasa lebih cocok dengan keadaan gizi di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan masalah gizi yang terjadi di Indonesia bukan hanya masalah gizi kurang atau gizi buruk tetapi juga gizi lebih, sehingga masalah gizi di Indonesia tergolong double burden. Hal ini dibuktikan dengan data Riskesdas (2013) yang menyebutkan prevalensi kurus pada remaja usia 16-18 tahun secara nasional sebesar 9,4% dan prevalensi gemuk pada remaja usia 16-18 tahun secara nasional sebesar 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6 persen obesitas.
Menanggapi masalah double burden yang dihadapi Indonesia, dibuatlah konsep pedoman gizi yang baru yaitu Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Sesuai dengan namanya yaitu Gizi Seimbang, pedoman ini dirancang sehingga tercipta keseimbangan antara asupan dan pengeluarannya. Terdapat perbedaan asupan kebutuhan gizi berdasarkan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik. Konsep PGS tidak menjadikan susu sebagai makanan penyempurna, tetapi termasuk kelompok sumber protein hewani. Selain itu, PGS berpatokan pada Nutrition Guide for Balance Diet atau di Indonesia divisualisasikan dalam bentuk tumpeng gizi seimbang.
PGS sendiri terdiri dari sepuluh prinsip yang penting diketahui dan diterapkan dalam kehidupan yaitu 1) syukuri dan nikmati anekaragam makanan; 2) biasakan konsumsi lauk pauk berprotein tinggi; 3) makan aneka ragam sayuran dan cukup buah; 4) biasakan konsumsi anekaragam makan makanan pokok; 5) batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak; 6) biasakan sarapan; 7) biasakan minum air putih yang cukup dan aman; 8) biasakan membaca label pada kemasan pangan; 9) cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir dan 10) lakukan aktivitas fisik cukup dan pertahankan berat badan normal.
Setelah mengetahui konsep dari masing-masing pedoman gizi tersebut, dapat diketahui pedoman gizi manakah yang lebih dikenal masyarakat. Responden survei nasional sebanyak 559 orang yang menjawab pertanyaan secara online. Data hasil survei disajikan pada grafik dibawah ini.
Hasil survei menunjukan sebanyak 53% responden lebih mengenal empat sehat lima sempurna dan sebanyak 47% orang mengenal PGS. Data hasil survei menunjukan sebagian besar responden lebih mengenal PGS dibandingkan empat sehat lima sempurna, namun dari hasil survei tersebut dapat dikatakan bahwa masiih banyak masyarakat yang masih belum mengenal apa itu PGS. Sebanyak 55% responden sudah mengetahui PGS dan sebanyak 45% responden tidak mengetahui PGS. Responden yang mengetahui PGS juga lebih banyak dibandingkan yang tidak mengetahui PGS. Hasil ini cukup baik, namun masih banyak masyarakat yang belum mengenal PGS dilihat dari data yang tidak terlalu berbeda.
Terdapat delapan pertanyaan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip PGS untuk mengetahui penerapan PGS dalam kehidupan sehari-hari. Sebanyak 97% responden menganggap aktivitas fisik penting dan sisanya sebanyak 3% menganggap tidak. Sebanyak 81% responden mengonsumsi lauk pauk dari nabati dan hewani dan sisanya sebanyak 19% hanya mengonsumsi sumber protein nabati. Sebanyak 52% responden mengonsumsi aneka ragam sayur dan buah dan sisanya 42% tidak mengonsumsi sayur dan buah yang beragam. Sebanyak 51% responden mengonsumsi makanan pokok yang beragam dan sebanyak 49% tidak. Terdapat empat pertanyaan mengenai pilar PGS dan persentase jawaban Ya lebih banyak dibandingkan menjawab Tidak. Keseluruhan data hasil ini menunjukan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui dan menerapkan beberapa prinsip PGS dalam kehidupan.
Survei nasional yang sudah dilaksanakan dirasa memiliki beberapa kelemahan. Di antaranya yaitu responden survei hanya terbatas pada golongan yang dapat mengakses internet dan rata-rata responden yang berpartisipasi berasal dari golongan mahasiswa yang sudah memiliki pengetahuan cukup baik. Dengan keterbatasan responden survei seperti ini, diduga hasil survei kurang representatif untuk masyarakat dari golongan ibu-ibu atau masyarakat umum yang tidak dapat mengakses internet. Sebagai mahasiswa yang pengetahuannya selalu diupdate dengan ilmu-ilmu terkini, selayaknya kita bermanfaat untuk membagi ilmu tersebut kepada orang lain sehingga konsep PGS dapat diterapkan dalam kehidupan dan harapan gizi Indonesia yang sehat dapat terwujud.