Media Buku Dongeng untuk Edukasi PUGS kepada AUS

Menurut laporan Bank Dunia Nomor16369-IND dan studi IES (Internasional Association for the Evaluation of Education Achicievement) mengenai minat baca di asia Timur, tingkat terendah dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7, dibawah filiphina (skor 52,6), Thailand (Skor 65,1), Singapura (Skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Tidak hanya itu, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30%. Data lain UNDP dalam Human Report 2000 pun mengatakan bahwa angka melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5% (Galus, 2012). Padahal minat baca menjadi faktor utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilihat dari segi pendidikan. Melalui minat baca dan kegiatan membaca kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan, informasi bahkan juga hiburan yang dapat membawa pengaruh besar terhadap kehidupan manusia.

Pengetahuan setiap individu juga akan mempengaruhi pola konsumsi sehari harinya dan pola konsumsi akan mempengarahi tingkat kesehatan mulai dari individu itu sendiri, keluarga, hingga masyarakat. Dengan kata lain, tingkat pengetahuan akan mempengaruhi tingkat kesehatan setiap manusia. Pengetahuan masyarakat mengenai pemilihan makanan ataupun pola konsumsi yang baik tidak terlepas dari faktor faktor yang mempengaruhinya seperti ekonomi, juga sosial budaya.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang, pada tahun 1992 telah diselenggarakan konggres gizi internasional di Roma yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi penting dari konggres itu adalah anjuran kepada setiap negara agar menyusun pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan pedoman 4 sehat 5 sempurna padatahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat itu sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi PUGS

PUGS diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya, yaitu 4 sehat 5 sempurna yang sudah dipopulerkan sejak tahun 1950-an. konsep 4S 5S yang menyamaratakan kebutuhan gizi semua orang disempurnakan dengan prinsip PUGS bahwa tiap golongan usia, jenis kelamin, kesehatan dan akitifitas fisik memerlukan PUGS yang berbeda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut. Di samping itu, PUGS menekankan pada proporsi yang berbeda untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh. Perbedaan lainnya, PUGS tidak memberlakukan susu sebagai makanan sempurna, melainkan ditempatkan satu kelompok dengan sumber protein hewani lain.

Namun, secara teknis PUGS memang terasa lebih susah dipahami dibanding slogan 4 sehat 5 sempurna yang lebih dahulu lahir. Banyak orang awam bahkan para praktisi gizi yang “meragukan” kehandalan PUGS sebagai metode memperoleh kesehatan yang optimal, pada akhirnya PUGS seakan kalah bersaing dengan berbagai metode diet yang ada semisal food combining, diet golongan darah diet zona dll. Padahal PUGS ini merupakan salah satu solusi dalam pemecahan masalah gizi ganda di Indonesia.

Hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan secara nasional bahwa masih rendahnya kualitas kesehatan dan perilaku tidak sehat pada anak usia sekolah (AUS) (6-14 tahun). Prevalensi anemia pada anak-anak (5-14 tahun) sebesar 9,4%, dan di sisi lain kelebihan berat badan dan obesitas juga sudah mulai menjadi masalah kesehatan masyarajat. Hal ini diperparah dengan masih rendahnya perilaku hidup sehat seperti mencucui tangn dengan benar (17,2%), serta masih tingginya tingkat konsumsi AUS terhadap maaknan beresikio seperti yag mengandung penyedap (75,4%) dan makanan dan minuman manis (63,1%) (Depkes, 2008), dan menurut Riskesdas terbaru tahun 2010, 41,2% AUS di Indonesia mengkonsumsi makanan di bawah kebutuhan minimal.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan PUGS dan PHBS yang sudah dicanangkan untuk membantu meningkatkan kondisi kesehatan di negara ini. Hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya pendidikan gizi. Kondisi inilah yang menjadi tugas kita semua sebagai mahasiswa yang merupakan agent of change; untuk membantu dalam perubahan bangsa yang lebih baik.

AUS merupakan target pendidikan gizi yang paling penting, karena kebiasaan dan pendidikan yang ditanamkan pada mereka akan mempengaruhi prilakunya di masa depan. Namun ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Bahwa pada masa anak-anak, bermain merupakan sarana edukasi yang baik bagi mereka untuk menangkap edukasi yang diberikan. Tidak bisa edukasi kepada calon generasi bangsa ini diberikan secara terang-terangan berupa penjelasan yang berbelit-belut berupa kata-kata saja. Mereka masih harus belajar, dan kita harus membantu dalam proses pembelajaran itu. Melalui apa? Media yang berbeda, visualisasi yang berbeda. Salah satu media yang baik bagi edukasi AUS adalah buku cerita bergambar atau dongeng.

Kenapa dongeng? Karena Mendongeng atau Storytelling ini merupakan media komunikasi yang efektif dalam membentuk karakteristik anak. Dongeng juga menjadi alternatif lain untuk memberikan nasihat serta edukasi kepada anak. Melalui buku bacaan yang lebih “berwarna” kita juga bisa meningkatkan minat baca anak yang makin hari makin menurun seperti yang tertulis diawal. Karena minat baca yang menurun akan memberikan dampak negatif kepada diri anak kini dan kedepannya nanti, mulai dari tingkat intelektual, hingga daya cipta kreasi kreatifitas serta inovasi yang akan dibutuhkannya ketika dewasa nanti. Mendongeng pun bukan pekerjaan yang sulit. Semua orang dapat melakukan itu dimana pun dan kapanpun, karena dongeng tidak hanya bisa dibacakan ketika menjelang tidur saja. Selain itu kita juga dapat meningkatkan ikatan emosi antara anak dan pembaca dongeng sehingga peran edukasi terasa lebih nyaman bagi anak-anak. Dengan demikian tidak ada salahnya jika media buku dongeng dijadikan salah satu cara bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai PUGS sejak dini.

Mendongeng ataupun membiarkan anak-anak membaca sendiri buku dongeng yang telah disisipkan edukasi hanyalah salah satu alternatif cara bagi kita semua dalam membantu meringakan beban kesehatan negara ini. Inovasi dan kreatifitas teman-teman mahasiswa ditunggu kehadirannya untuk membantu merubah bangsa ini mejadi lebih baik dan khususnyalebih sehat. Melalui media apapun, entah suara, visual, maupun audio, tetap jangan lupakan hal penting dalam edukasi terhadap anak-anak, yaitu bermain dan berimajinasi.

Mari tanamkan PUGS sejak dini dan Mari kita tingkatkan kembali minat baca bagi anak- anak!

Referensi:
[Depkes] Depertamen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang.Jakarta: Depkes RI
________. 2006. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Depkes RI
________. 2007. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Depkes RI
________. 2008. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Depkes RI
________. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Depkes RI

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *