Oleh : Himaa Aliya, Universitas Muhammadiyah Surakarta
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit yang mengawali berbagai penyakit degeneratif dan kardiovaskuler. Menurut Tuminah dan Rahajeng (2009), risiko hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini karena fungsi berbagai organ tubuh yang mulai menebal dan menjadi kaku. Hal ini menjadikan jantung dalam memompa darah menurun 1% setiap tahun. Prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 25.8% pada populasi diatas usia 18 tahun. Dari jumlah tersebut sebanyak 7% penderita hipertensi akhirnya menderita stroke, sisanya berkembang menjadi penyakit jantung 1.5% gagal ginjal 0.2% dan gagal jantung 0.13%. Hipertensi juga penyebab kematian ketiga setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6.7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Penderita hipertensi diberi terapi obat anti-hipertensi dengan dosis sesuai dengan tingkatan penyakit. Jika dosis yang diberikan telah sampai batas maksimal namun tekanan darah belum menurun, maka dilakukan kombinasi terapi dengan berbagai jenis obat. Hal tersebut yang dapat menyebabkan penderita hipertensi enggan untuk mengkonsumsi obat. Oleh karena itu, perlu adanya terapi berbasis pangan. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa flavonoid dapat memperlancar aliran darah dan dapat menurunkan tekanan darah.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian minuman cincau hijau terhadap tekanan darah khususnya wanita dewasa penderita hipertensi ringan dan sedang. Secara khusus penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik subjek frekuensi pangan sumber flavonoid.
METODE
Penelitian ini mengggunakan desain eks-perimental. Penelitian dilaksanakan di wilayah Posbindu Puskesmas Bogor Tengah, Kota Bogor.
Pengumpulan data primer dan intervensi minuman cincau hijau dilakukan pada bulan mei-juni 2014. Subjek adalah wanita usia >45 tahun yang mengalami hipertensi tingkat ringan dan sedang. Subjek wanita dpilih karena prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Jenis dan cara pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subjek, antropometri, aktifitas fisik dan tekanan darah. Pengolahan dan analisis data diolah dengan mengunakan software Microsoft excel 2013 dan dianalisis dengan one-way ANOVA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasaran hasil penelitian diperoleh karakteristik subjek 40% usia dewasa lanjut dan 60% usia lansia. Asupan dan tingkat kecukupan gizi, berdasasarkan uji ANOVA asupan kebutuhan makro dan mikro subjek antar kelompok tidak berbeda nyata (p>0,05).
Sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan energi lebih (36%). Hampir seperempat subjek memiliki tingkat kecukupan karbohidrat lebih (24%). Tingkat kecukupan protein subjek sebagian besar berada pada kategori defisit ringan (32%). Tingkat kecukupan lemak subjek sebagian besar tergolong pada defisit berat (36%), namun ada pula yang tergolong kategori lebih (24%). Tingkat kecukupan kalium dan natrium sebagian besar subjek terdapat dalam kategori kurang. Perhitungan jumlah natrium berdasarkan pangan yang dikonsumsi dengan penambahan natrium yang berasal dari garam rata-rata yang dikonsumsi masyarakat Indonesia sehari yaitu 16 mg natrium (Soetardjo & Soenardi 2004). Asupan zat besi sebagian besar subjek tergolong cukup (72%). Asupan vitamin A sebagian besar subjek juga tergolong cukup (60%). Sementara sebagian besar subjek kekurangan asupan vitamin C (72%) dan kalsium (80%). Tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan gizi makro maupun mikro subjek antar kelompok (p>0,05).
Tabel 1. Asupan zat gizi rata-rata subjek menurut kelompok
Zat Gizi | Kelompok | ||||
K | P1 | P2 | P3 | P4 | |
Energi (kkal) | 1.826±209 | 2.126±400 | 2.250±360 | 1.716±844 | 1.527±496 |
Protein (g) | 52,6±8,4 | 58,4±18 | 56,4±12,3 | 55±29,6 | 45±11,2 |
Lemak (g) | 39,4±6,4 | 57,2±16,9 | 40,6±23,4 | 52±25,6 | 33,6±14,4 |
Karbohidrat (g) | 328±70,2 | 397,6±183,7 | 481,2±173,2 | 252,2±129,6 | 273±92,6 |
K (mg) | 1176±463,9 | 1295±270,5 | 1140±229,7 | 1110,4±336,8 | 870,2±128,4 |
Na (mg) | 236,4±150 | 740±786 | 194,4±124,4 | 796,2±882,6 | 320,2±329,3 |
Fe (mg) | 16,4±8,6 | 21±7,8 | 19±12,3 | 16,2±6,5 | 10,6±2,5 |
Vitamin A (RE) | 467,6±382 | 708,6±498,6 | 1157±1397 | 644±405,7 | 500,4±312,7 |
Vitamin C (mg) | 60,2±46,3 | 45,4±32,8 | 82,4±81,8 | 29,2±14,1 | 29,2±19,1 |
Ca (mg) | 715,8±595,6 | 693,4±708 | 657,8±711 | 139,9±62,6 | 685±426,9 |
K: kontrol, P1 : kelompok intervensi Formula A sehari sekali, P2 : kelompok intervensi Formula A setiap dua hari sekali, P3 : kelompok intervensi Formula B sehari sekali, P4 : kelompok intervensi Formula B setiap dua hari sekali.
Konsumsi pangan sumber flavonoid yang paling tinggi dikonsumsi adalah kelompok bumbu. Frekuensi konsumsi bumbu tertinggi terdapat pada kelompok P2 (perlakuan) yaitu : 4,63 kali/minggu. Jenis bumbu yang dikonsumsi dengan frekuensi tertinggi adalah bawang merah dan bawang putih. Frekuensi konsumsi sayur-sayuran subjek tertinggi terdapat pada kelompok P4 yaitu sebanyak 1,72 kali/minggu, jenis sayuran yang dikonsumsi dengan frekuensi tertinggi adalah ketimun dan tomat. Frekuensi konsumsi buah-buahan tertinggi pada P4 dengan frekuensi 0,46 kali/minggu. Jenis buah yang dikonsumsi subjek dengan frekuensi tertinggi adalah pisang dan jeruk.
Frekuensi tertinggi jenis minuman dan coklat berada pada kelompok P3, yaitu sebesar 2,53 % kali/minggu. Jenis minuman yang paling sering disukai adalah teh. Kandungan flavonoid pada bawang merah lebih besar dibandingkan dengan bawang putih. Jumlah flavonoid pada ketimun paling rendah dibandingkan kadar flavonoid sayuran dan buah lainnya (Liu 2013). Kandungan flavonoid yang terdapat dalam bumbu tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil uji one way ANOVA menunjukan tidak ada perbedaan nyata antara konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, minuman dan coklat antara kelompok (P>0,05).
Efektivitas Pemberian pangan intervensi, tekanan darah sistolik subjek sebelum interverensi rata-rata tergolong kedalam hipertensi sedang. Pemberian pangan intervensi belum menghasilkan penurunan tekanan darah yang signifikan pada hari ke-7, hal ini diduga karena kinerja flavonoid yang belum optimal menurukan tekanan darah. Setelah menerima interevensi minuman cincau hijau selama 14 hari, masing-maing kelompok interverensi mengalami penurunan rata-rata 20-30 mmHg. Sedangkan kelompok K (kontrol) yang tidak mengkonsumsi minuman cincau hijau mengalami peningkatan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah diastolik subjek sebelum intervensi rata-rata tergolong ke dalam hipertensi ringan. Setelah menerima intervensi cincau hijau, masing-masing kelompok intervensi mengalami penurunan tekanan diastolik rata-rata 6-15 mmHg. Selisih tekanan darah diastolik pre-intervensi dengan post-intervensi terbesar terdapat pada kelompok P1 sebesar 15 mmHg dan terkecil pada kelompok P2 sebesar 5.8 mmHg. Adapun kelompok kontrol yang tidak mengonsumsi minuman cincau hijau mengalami penurunan tekanan darah diastolik sebesar 1.2 mmHg.
Tabel 2. Rata-rata dan perubahan tekanan sistolik dan diastolik subjek
Zat Gizi | Kelompok | ||||
K | P1 | P2 | P3 | P4 | |
Tekanan sistolik: | |||||
Pre-intervensi | 180,8±18,5a | 172±14,2a | 165,2±7,5a | 172,4±20,2a | 167,4±17,3a |
Post-intervensi | 182,8±14,7a | 146,8±17,1a | 148,2±10,8b | 162,2±21,7a | 147,4±16,8a |
Penurunan tekanan sistolik: | |||||
Selisih tekanan sistolik | +2±5,051 | -25,2±26,32 | -17±13,41,2 | -10,2±19,11,2 | -20±17,31,2 |
Tekanan diastolik: | |||||
Pre-intervensi | 102,4±8,3a | 94±9,4a | 88,2±11,4a | 91,8±12,3a | 91,2±6,6a |
Post-intervensi | 101,2±10a | 79±5,4b | 82,4±9,1a | 77,2±21,2b | 85,2±4,6a |
Penurunan tekanan diastolik: | |||||
Selisih tekanan diastolik | -1,2±7,31 | -15±11,62 | -5,8±91,2 | -14,6±10,12 | -6±5,51,2 |
Ab Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar waktu sebelum dan setelah intervensi (p<0,05).
1,2Angka yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (p<0,05).
Penelitian Katrin et al (2012) menyatakan aktivitas antioksidan yang paling kuat terdapat pada daun cincau hijau yang dideteksi ini merupakan komponen alkaloid dan flavonoid yang banyak terdapat dalam klorofil daun cincau. Peran aktif pada klorofil cincau hijau dapat memperbaiki pembuluh darah dan menurunkan kadar kolestrol darah. Penurunan kolestrol dalam darah dapat menurunkan terjadinya aterosklerosis, sehingga elastisitas pembuluh darah akan meningkat dan resistensi pembuluh darah akan menurun sehingga tekanan darah akan menurun.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dapat diperoleh hasil subjek yang mengkonsumsi minuman cincau hijau dapat mengalami penurunan tekanan darah 20-30 mmHg.
Maka dengan mempertimbangkan hasil yang cukup baik dari pemberian cincau terhadap penurunan tekanan darah, penelitian lanjut dapat dilakukan dengan membandingkan minuman cincau hijau dengan obat hipertensi standar dalam menurunkan tekanan darah. Hal tersebut bisa mengukur seberapa efektif terapi berbasis pangan dibandingkan dengan berbasis obat.