MITOS atau FAKTA
JUNK FOOD DAPAT MENYEBABKAN OBESITAS?
Oleh:
Arifah Nurul Maghfirah (IPB University) & Nabila Chaerun Nisa (Universitas Muhammadiyah Semarang)
Departemen Pendidikan dan Profesi ILMAGI 2020/2021
Tema: Gizi Pangan
Obesitas atau overweight pada saat ini merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, mempengaruhi tidak hanya negara maju tapi juga negara berkembang. Dalam era globalisasi sekarang ini arus kebudayaan barat yang masuk di Indonesia terlalu sulit untuk di bendung, berbagai aspek kehidupan dan nilai-nilai ketimuran telah banyak dipengaruhi oleh budaya barat tersebut, tidak terkecuali dalam perubahan pola konsumsi makan. Obesitas merupakan suatu penyakit serius yang dapat mengakibatkan masalah emosional dan sosial. Lalu apakah benar bahwa mengkonsumsi junk food dapat menyebabkan obesitas? MITOS atau FAKTA?
Jawabannya adalah FAKTA. Silakan simak penjelasannya!
Berdasarkan data WHO (2015), 600 juta dari 1.9 milyar orang dewasa di dunia mengalami obesitas. Di Indonesia, dalam Riskesdas 2013 disebutkan bahwa sebanyak 21.7% orang dewasa dan 18,8% anak usia 5-12 tahun di Indonesia mengalami obesitas. WHO (2015) mendefinisikan obesitas sebagai keadaan tubuh dengan jumlah lemak berlebih atau tidak normal yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan tubuh. Berdasarkan pedoman antropometri WHO yang dicantumkan dalam Kemenkes No. 1995/Menkes/SK/XII/2010, cara untuk mengetahui seseorang obesitas atau tidak adalah dengan melakukan penghitungan IMT, yaitu berat badan (kg) dibagi tinggi badan dikali dua (m2). Pada orang dewasa, hasil penghitungan dengan IMT lebih besar dari 27 menunjukan keadaan obesitas. Sementara itu, anak hingga remaja usia 5-18 tahun tergolong obesitas jika Z-Score IMT/U menunjukkan angka lebih besar dari 2. Obesitas dapat menjadi penyakit komorbiditas seperti asma, diabetes,dan penyakit kardiovaskuler Walaupun mekanisme terjadinya belum sepenuhnya di mengerti, tetapi telah dikonfirmasi bahwa obesitas terjadi karena pemasukan energi melebihi pengeluaran energi. Penyebab terjadinya obesitas dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan.
Dengan adanya pergeseran konsep makan bangsa Indonesia yang merupakan contoh konkret dari dampak adanya pengaruh budaya asing yang masuk ke dalam tubuh manusia bangsa Indonesia, salah satu bentuk pergeseran konsep makan yaitu menjamurnya makanan cepat saji atau yang sering disebut fast food dan Junk Food di Indonesia. Junk Food adalah istilah yang mendeskripsikan makanan yang tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Makanan cepat saji seperti hamburger, kentang goreng dari Mc Donald, KFC dan Pizza Hut Juga sering dianggap sebagai Junk Food. Pada umumnya, junk food hanya menawarkan sedikit protein, vitamin, dan mineral dan tinggi kalori yang berasal dari gula atau lemak. Istilah nol kalori mencerminkan sedikit nutrisi pada junk food. Makanan yang dijadikan sebagai perilaku gaya hidup yang muncul karena globalisasi dan modernisasi ini ternyata tidak memiliki nilai-nilai nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh kita.
Jika kita jabarkan, komposisi junk food yang terdiri dari kalori, lemak, gula, dan natrium yang tinggi, sedangkan serat, vitamin dan mineral nya rendah. Berikut komposisi beberapa jenis junk food yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat indonesia :
- Komposisi gizi Pizza (100 g) : Kalori (483 Kal), Lemak (48 g), Kolesterol (52 g), Karbohidrat (30 g), Gula (3 g), Protein (3 g).
- Komposisi gizi Hamburger (100 g) Kalori (267 Kal), Lemak (10 g), Kolesterol (29 mg), Protein (11 g), Karbohidrat (33 g), Serat kasar (3 g), Gula (7 g).
- Komposisi gizi Fried Chicken (100 g) Kalori (298 Kal), Lemak (16,8 g), Protein (34,2 g), Karbohidrat (0,1 g).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata masyarakat Indonesia adalah 2100 Kal. Pada perempuan usia 16-18 tahun, kebutuhan protein, lemak, dan karbohidratnya berturut-turut adalah 65 g, 70 g, dan 300 g. Jika mengambil contoh pizza, dalam 100 gram nya dapat menyumbang hampir 25% dari kebutuhan kalori harian dan lemak 68.6%. Untuk sekali makan, jumlah kalori dan lemak yang dihasilkan dari pizza ini cukup besar, sehingga jika dikonsumsi bersama bahan pangan lainnya dalam dua kali makan utama lain dan dua kali selingan, maka akan berpotensi kelebihan kalori dalam sehari. Begitu pula dengan jenis junk food lainnya seperti hamburger dan friend chicken yang menyumbang kalori cukup besar. Namun, kandungan gizinya tidak diimbangi dengan serat yang cukup, dan kandungan gizi lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Dari sinilah potensi risiko junkfood yang dapat menyebabkan obesitas. Konsumsi junkfood dengan frekuensi yang tinggi akan meningkatkan risiko obesitas. Namun, konsumsi obesitas bukan satu-satunya penyebab dari obesitas, karena ada faktor lain seperti kurangnya aktivitas fisik, kurangnya pengimbangan konsumsi buah dan sayur yang juga meningkatkan risiko obesitas (Ambariyati dan Kristiyaningsih 2017).
Bukti Penelitian:
Penelitian yang dilakukan oleh Ambariyati dan Kristiyaningsih (2017), yang meneliti hubungan konsumsi junk food dengan tingkat obesitas pada remaja. Hasil menunjukkan korelasi positif yang kuat antara tingginya konsumsi junk food dengan kejadian obesitas. Penelitian lain yang juga melihat pengaruh konsumsi junk food dengan kejadian obesitas adalah Rafiony, dkk (2015), dapat disimpulkan bahwa junk food merupakan faktor risiko penyebab obesitas.
Kesimpulan:
Informasi yang menyatakan junk food dapat menyebabkan obesitas adalah FAKTA. Namun perlu diperhatikan bahwa konsumsi junk food bukan satu-satunya penyebab dari obesitas, karena masih ada faktor lain yang dapat menyebabkan obesitas. Penyebab junk food menjadi salah satu faktor risiko obesitas adalah karena junk food memiliki kandungan kalori, lemak, gula, dan garam yang tinggi, namun rendah serat, vitamin dan zat gizi penting lainnya. Sehingga ketika junk food dikonsumsi dalam frekuensi yang besar, sangat berisiko menyebabkan obesitas.
Referensi
Ambariya YL, Kristiyaningsih Y. 2017. Konsumsi Junk Food dan Obesitas pada Remaja. Jurnal Penelitian Kesehatan, 5(1) : 27-33.
Riswanti Septiani dan Bambang Budi Raharjo. 2017. Pola Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik dan Faktor Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas. Unnes Journal Of Public Health, 2(3) : 262.
Rafiony A, Purba MB, Pramantara IDP. 2015. Konsumsi Fast Food dan Soft Drink sebagai Faktor Risiko Obesitas pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11(4) : 170-178.
Setyawat Vilda Ana Veria dan Eti Rimawati. 2016. Pola Konsumsi Fast Food dan Serat Sebagai Faktor Gizi Lebih pada Remaja. Unnes Journal Of Public Health, 5(3) : 2.
[WHO] World Health Organization. 2015. Obesity and Overweight. [online] Available at :http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/
Widyastuti Dian Ariska dan Muhammad Ali Sodik. 2018 . Pengaruh Kebiasaan Konsumsi Junk Food terhadap Kejadian Obesitas Remaja. STIKes Surya Mitra Husada. https://doi.org/10.31219/osf.io/7d8ey