PENGARUH ASUPAN PROTEIN IBU HAMIL DAN PANJANG BADAN BAYI LAHIR TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 12 BULAN DI KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN

Status kesehatan dan gizi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin dan outcome dari kehamilan. Asupan zat gizi ibu yang kurang adekuat akan berdampak buruk terhadap tumbuh kembang janin. Asupan zat gizi anak dua tahun pertama sejak kelahiran merupakan fase “kritis”, bayi perlu mendapatkan perhatian khusus dalam memenuhi kualitas dan kuantitas asupan zat gizi untuk mempertahankan laju tumbuh kembangnya. Periode ini disebut sebagai “periode emas”, dan World Bank menyebut sebagai “Window of Opportunity, karena pada usia tersebut sedang terjadi pertumbuhan yang pesat dan waktu untuk perbaikan sangat singkat. Postur tubuh pendek (stunting) merupakan peningkatan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umurnya. Stunting merupakan indikator kekurangan gizi kronis akibat ketidakcukupan asupan zat gizi dalam waktu lama, kualitas pangan yang buruk, meningkatnya morbiditas atau kombinasi dari faktor tersebut. Begitu pentingnya masa kehamilan dalam menentukan kualitas manusia, terutama saat usia dini, yakni dua tahun pertama, maka pemerintah memberikan perhatian pada anak usia di bawah 2 tahun. Bahkan, telah menjadi gerakan gizi nasional dan internasional luas, yang dikenal sebagai gerakan Scaling Up Nutrition (SUN). Gerakan ini di Indonesia disebut sebagai Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam rangka Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Periode 1000 hari ini meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi, merupakan periode sensitif karena dampak yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Jika terjadi kegagalan pertumbuhan (growth faltering) pada periode emas ini, tidak saja berdampak terhadap pertumbuhan fisik anak, melainkan juga perkembangan kognitif dan kecerdasan lainnya. Meski gangguan pertumbuhan fisik anak masih dapat diperbaiki di kemudian hari dengan peningkapan asupan gizi yang baik, namun tidak dengan perkembangan kecerdasannya.

METODE

Penelitian ini berdesain follow-up study yang dilakukan pada tahun 2011-2012 di sepuluh puskesmas di Kabupaten Bogor, yaitu wilayah kecamatan Cigudeg, Cibungbulang, Cibinong, Bojonggede, dan Sukaraja. Subjek penelitian adalah ibu hamil usia 12-16 minggu yang diikuti setiap bulan perkembangannya hingga bayi berusia 12 bulan. Subjek memiliki kriteria inklusi: ibu hamil yang sehat fisik dan klinis, tidak mempunyai cacat bawaan dan orang tua bayi bersedia mengikuti penelitian berkelanjutan. Pada awal penelitian diperoleh subjek awal 334 ibu hamil yang mengikuti penelitian. Kemudian, setelah melahirkan diperoleh subjek sebanyak 262 pasangan ibu dan bayi yang mengikuti penelitian ini dari mulai anak lahir sampai usia 12 bulan. Berkurangnya jumlah subjek dikarenakan adanya beberapa subjek yang melahirkan bayi mati atau karena pindah tempat tinggal yang sulit dijangkau sehingga tidak dapat dilakukan follow up penelitian. Data ibu hamil yang dikumpulkan adalah data antropometri meliputi Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB), konsumsi makanan, riwayat kehamilan, biokimia darah (kadar hemoglobin, vitamin A, albumin dan protein) serta data sosial ekonomi keluarga. Setelah melahirkan, data yang dikumpulkan pada bayi adalah data BB, panjang badan (PB) lahir yang diukur setiap bulan sampai berusia 12 bulan dan konsumsi makanan yang dikumpulkan setiap bulan. Pengumpulan data antropometri berat badan dilakukan oleh tenaga terlatih dengan menggunakan timbangan digital yang berpresisi 0.1 kg, panjang badan dengan menggunakan length-board dengan ketelitian 0.1 cm, dan tinggi badan dengan menggunakan microtoise berpresisi 0,1 cm. Sementara data konsumsi makanan dikumpulkan dengan cara recall makanan 1×24 jam. Data biokimia meliputi kadar hemoglobin (Hb), vitamin A, albumin dan protein serum. Kategori anemia apabila kadar Hb <11 g/dl, kurang vitamin A bila kadar vitamin A <20 ug/dl, kadar albumin serum rendah jika kadar albumin serum <3.4 mg/dl, kadar protein serum rendah apabila kadar protein serum <6.4 mg/dl. Analisis data yang digunakan untuk penulisan artikel ini adalah analisis deskriptif, bivariat dengan Kaplan Meier, dan regression Cox.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian menjelaskan bahwa ada 119 ibu yang mengonsumsi protein ≥ 58 persen AKG (di atas rerata subjek penelitian), 28 ibu di antaranya mempunyai anak stunting pada saat anak usia 12 bulan dan 91 ibu (76.5%) mempunyai anak normal pada saat anak usia 12 bulan. Kemudian ada 143 ibu yang mengonsumsi protein < 58 persen AKG (di bawah rerata subjek penelitian), 51 ibu di antaranya mempunyai anak stunting pada saat anak usia 12 bulan dan 92 ibu (64.3%) mempunyai anak normal pada saat anak usia 12 bulan. Hasil uji statistik dengan metode log rank menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok ibu yang mengonsumsi protein di atas rerata dan di bawah rerata (p=0.047).

Rata-rata asupan protein subjek selama hamil kurang dari 60 persen AKG. Mutu protein ditentukan jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Protein hewani, kecuali gelatin, merupakan protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk pertumbuhan. Ibu hamil memerlukan protein dalam jumlah yang cukup dengan kandungan asam amino yang lengkap karena selama kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan protein untuk tumbuh kembang janin. Pangan hewani merupakan bahan pangan yang sulit dijangkau bagi sebagian masyarakat berpenghasilan rendah karena harganya yang mahal. Oleh karena itu kecilnya asupan protein pada subjek penelitian ini dapat dimaklumi karena sebagian besar subjek penelitian ini mempunyai pekerjaan tidak tetap.

Protein selain merupakan komponen penting dari beberapa zat gizi, juga sangat diperlukan untuk perkembangan fisik anak. Ibu hamil yang mengonsumsi protein di bawah rata-rata subjek penelitian ini berisiko 1.6 kali lebih besar mempunyai anak stunting di usia 12 bulan dibandingkan dengan ibu dengan konsumsi protein di atas rata-rata. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stunting di usia dini terutama pada saat lahir maka ibu hamil perlu asupan zat gizi makro dan mikro yang cukup karena status gizi saat lahir berpengaruh besar terhadap pertumbuhan bayi selanjutnya terutama pada usia 2 tahun pertama kehidupan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Asupan protein ibu hamil merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian anak menjadi pendek pada saat anak berusia 12 bulan.

Asupan gizi ibu hamil sangat penting diperhatikan untuk mencegah terjadinya anak lahir dengan panjang badan tidak normal, karena panjang badan anak baru lahir tersebut menentukan panjang badan anak di usia berikutnya terutama pada tahun pertama kehidupan.

 

Sumber:

Ernawati F, Rosmalina Y, Permanasari Y. 2013. Pengaruh Asupan Protein Ibu Hamil dan Panjang Badan Bayi Lahir terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 12 Bulan di Kabupaten Bogor. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan 36(1): 1-11.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *