Latar belakang
Membuat anak-anak mengonsumsi dan menyukai sayur sering kali bukan perkara yang mudah. Padahal, kebiasaan makan sayur perlu ditanamkan sejak kecil agar mereka terbiasa mengonsumsinya dan dapat memenuhi kebutuhan vitamin, mineral serta seratnya setiap hari. Berbagai cara digunakan orang tua agar anak-anaknya mau memakan sayuran diberikan, salah satunya adalah dengan memberikan ‘imbalan’ atau reward jika anak mau memakan sayuran yang diberikan. Walaupun penggunaan imbalan untuk mendorong anak mengonsumsi sayur tergolong kontroversial, tetapi penelitian menunjukkan bahwa terdapat dampak yang signifikan terhadap konsumsi sayur anak pada kelompok yang diberikan imbalan. Imbalan yang diberikan dapat berupa imbalan sosial (mis. pujian), atau benda (mis. stiker). Tetapi penelitian tersebut dilakukan di lingkungan sekolah, dan tidak dapat digeneralisasikan untuk lingkungan rumah, dimana terdapat banyak faktor yang mempengaruhi asupan anak. Padahal, pujian dari orang tua memberikan dampak yang lebih besar pada anak dibandingkan pujian dari orang lain. Dalam jurnal yang akan dibahas ini, peneliti ingin mengetahui apakah peran orang tua dalam memberikan makanan kepada anaknya yang disertai dengan imbalan akan meningkatkan kesukaan dan asupan anak terhadap sayuran, serta membandingkan bentuk imbalan yang lebih efektif: imbalan sosial atau berupa benda.
Metode
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental, dimana dibandingkan 3 kondisi, yaitu: (1) pemberian paparan rasa yang diberikan oleh orang tua anak selama 12 hari kerja dengan diberikan imbalan berupa stiker; (2) pemberian paparan rasa yang diberikan oleh orang tua anak selama 12 hari kerja dengan diberikan imbalan berupa pujian; serta (3) kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Hasil eksperimen (tingkat asupan dan derajat kesukaan dalam uji perilaku) dilakukan di rumah responden segera setelah masa percobaan, serta 1 dan 3 bulan setelah percobaan berakhir. Percobaan ini dilakukan pada anak-anak usia 3 – 4 tahun di London Utara, Inggris Raya. Percobaan ditargetkan pada kelompok usia ini untuk dua alasan utama. Pertama, karena berdasarkan pengakuan orang tua, permasalahan pemberian makanan terutama terjadi saat anak memasuki usia prasekolah. Kedua, karena kelompok usia ini belum sekolah penuh waktu, maka waktu penjadwalan peneliti untuk melakukan kunjungan rumah akan lebih mudah.
Pada awal percobaan, anak-anak dihadapkan pada 6 jenis sayuran, kemudian mereka diminta untuk menyebutkan nama sayuran tersebut dan ditanya apakah sudah pernah mencobanya. Keenam jenis sayuran tersebut adalah wortel, timun, kol putih, paprika merah, seledri, dan kacang kapri (snap peas). Sayuran tersebut dipilih karena mudah didapatkan dan membutuhkan persiapan yang mudah, sehingga meminimalisir beban partisipasi orang tua. Anak-anak tersebut akan diminta untuk mencicipi sepotong kecil (~2,5 g) dari masing-masing sayuran tersebut dan kemudian mengurutkannya dari 1 (paling disukai) dan 6 (paling tidak disukai); peringkat 4 ditentukan sebagai ‘target’, yang merupakan batas perpindahan dari positif ke negatif yang akan diamati. Percobaan ini dilakukan selama 12 hari kerja dan tidak ada pencicipan yang dilakukan pada akhir mingu. Orang tua juga diberikan buku catatan untuk mencatat percobaan yang dilakukan; apakah anak mencicipi sayuran tersebut serta apakah imbalan diberikan.
Tingkat kesukaan dikaji dengan menggunakan skala wajah Birch et al: 3 wajah kartun dengan ekspresi senang, netral, dan sedih, yang dideskripsika sebagai ‘yummy‘=3, ‘ok’=2, dan ‘yucky’=1. setelah diurutkan, anak tersebut diberikan mangkuk yang berisi ~10 potong kecil sayuran target dan diminta untuk makan sebanyak yang mereka inginkan. Asupan (dalam gram) diukut dengan menimbang mangkuk sebelum dan sesudah dimakan oleh anak tersebut. Prosedur ini diakukan 3 kali: pada akhir intervensi (3 minggu setelah pertemuan awal), dan 1 serta 3 bulan setelahnya.
Pada tahap awal, tidak terdapat perbedaan signifikan pada distriusi sayuran target antar kelompok, tidak terdapat perbedaan pada jumlah hari dimana anak mencoba sayuran target antar kelompok intervensi, serta tidak terdapat perbedaan dalam asupan atau tingkat kesukaan sayuran (semua P>0.05). Namun pada tahap awal, perempuan mengonsumsi sayur lebih banyak dibandingkan laki-laki, dan anak yang berusia lebih tua lebih tidak menyukai sayuran target dibandingkan anak yang lebih muda (keduanya p<0.05), sehingga usia termasuk kovariat dan jenis kelamin diikutkan sebagai faktor dalam analisis.
Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan intervensi, maka hasil percobaan tersebut adalah sebagai berikut:
Dapat terlihat pada Grafik 1, rerata konsumsi sayuran target meningkat seiring waktu penelitian. Pada uji post hoc, didapatkan bahwa kelompok yang diberikan imbalan benda mengonsumsi sayuran target lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol, bahkan setelah 3 bulan intervensi berakhir. Rerata asupan sayuran target kelompok yang diberikan imbalan sosial berada di antara rerata kelompok yang diberikan imbalan benda dan kelompok kontrol, dan tidak berbeda secara signifikandengan keduanya.
Selama masa penelitian, tingkat kesukaan sayuran target meningkat, dan terdapat perbedaan signifikan pada tiap kelompok berdasarkan waktu. Pada uji post hc, ditemukan bahwa setelah pengujian, kelompok yang mendapatkan imbalan benda memiliki tingkat kesukaan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol; sedangkan pada kelompok yang diberikan imbalan sosial, tingkat kesukaan tidak jauh berbeda dengan dua kelompok lain. Pada 3 bulan setelah pengujian, tingkat kesukaan pada kelompok yang diberikan imbalan benda tetap lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol , tetapi tidak terdapat dampak signifikan pada kelompok yang diberikan imbalan sosial.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pemberian makanan oleh orang tua dan pemberian imbalan efektif dalam meningkatkan kesukaan dan asupan sayuran yang sebelumnya tidak disukai, serta memberikan solusi yang mudah bagi orang tua untuk mengatasi ketidakmauan anak-anaknya untuk mengonsumsi makanan sehat. Walaupun pemberian imbalan memiliki dampak positif untuk jangka waktu pendek, tetapi memiliki kemungkinan akan timbul dampak negatif di masa yang akan datang. Berdasarkan teori self-determination, imbalan eksternal dapat membuat perasaan individu berkompromi terhadap kompetensi dan autonomi, yang dapat mengakibatkan penurunan dalam sikap dan frekuensi. Beberapa penelitian telah membuktikan teori ini, tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hal tersebut.
Kesimpulan dan Saran
Dalam penelitian ini, baik kelompok yang diberikan imbalan benda maupun pujian mengalami peningkatan dalam penerimaan, dimana pemberian benda lebih efektif, dan pujian memiliki sedikit dampak ketika diberikan oleh orang tua anak. banyak penelitian yang menunjukkan kelebihan pemberian pujian dan kemampuannya untuk meningkatkan motivasi intrinsik. tetapi pada kondisi tertentu, pujian dapat diartikan sebagai alat pengatur. pujian eksplisit yang diberikan saat anak-anak mengonsumsi sayurannya dapat diartikan oleh anak tidak tulus. faktor lainnya adalah apa yang disebut ‘stranger effect‘, yaitu dimana pujian yang diberikan oleh orang lain lebih berpengaruh dibandingkan pujian yang diberikan oleh orang yang dikenal. Walaupun pada awalnya diperkirakan bahwa pujian dapat menjadialat yang berguna dalam lingkungan rumah, hasil penelitian menunjukkan bahwa imbalan kecil (bukan makanan) lebih efektif dan memiliki hasil yang lebih konsisten.
Penemuan ini mengindikasikan bahwa program pemberian makan yang diberika oleh orang tua, yang mengombinasikan pajanan rasa berulang dengan pemberian hadiahkecil meningkatkan penerimaan sayuran yang sebelumnya tidak disukai. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi praktis untuk membantu orang tua memberikan diet yang sehat untuk anak-anaknya.
(Hana Adisti, Universitas Indonesia)
Remington, A., Anez, E., Croker, H., & Wardle, J. (2012). Increasing food acceptance in the home setting: A randomized controlled trial of parent-administered taste exposure with incentives. The American Journal of Clinical Nutrition, (95), 72-77. Diakses 6 December 2014, dalam ajcn.nutrition.org