REVIEW JURNAL : KECUKUPAN ZAT GIZI MAKRO, STATUS GIZI, DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA

Jurnal Gizi Klinik Indoesia, Volume 13, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 121-128

Oleh: Alifa Azzahra, Intstitu Pertanian Bogor dan Suci Putri Rahmadanti, STIKes Mitra Keluarga

PENDAHULUAN
Masa remaja (adolescence) merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. Salah satu perubahan yang terjadi pada perubahan reproduksi remaja putri yaitu terjadinya masa menstruasi. Banyak remaja putri yang sering mengalami masalah ketika memasuki masa menstruasi salah satunya adalah gangguan siklus menstruasi. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, hanya 15,3% remaja putri yang mengerti tentang masalah gangguan menstruasi. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya mensturasi periode berikutnya. Siklus menstruasi terjadi selama 28 hari. Gangguan siklus menstruasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain asupan makanan, status gizi, dan stress. Dampak jika gangguan siklus menstruasi tidak ditangani akan mengakibatkan tubuh kehilangan terlalu banyak darah sehingga terjadi anemia.
Kebutuhan gizi yang harus terpenuhi berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Asupan gizi yang tidak adekuat dapat menyebabkan kecukupan asupan zat gizi tidak baik sehingga dapat mempengaruhi ketidakteraturan menstruasi pada kebanyakan remaja. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan gizi. Selama ini telah diketahui bahwa wanita dengan status gizi kurang maupun lebih berisiko terjadinya gangguan siklus menstruasi. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di bulan April 2016 pada 89 responden di SMA Negeri 21 Jakarta Timur, menyatakan sebanyak 60,8% remaja mengalami gangguan siklus menstruasi.

METODE
Desain penelitian adalah observasional analitik dengan metode cross sectional yang dilakukan pada bulan Maret-Juli 2016. Penelitian ini melibatkan remaja putri di SMA Negeri 21 Jakarta kelas X dan XI dengan jumlah populasi sebesar 319 orang. Teknik pengambilan sampel dengan proportionate random sampling dan diperoleh 83 responden.
Kriteria inklusi pada penilitian ini yaitu siswi kelas X dan XI, telah menstruasi minimal 2 tahun dari masa menarche, bersedia menjadi responden, dan hadir pada saat pengambilan data. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah siswi yang memiliki riwayat penyakit kronis, penyakit reproduksi, dan tidak merokok.
Variabel yang diteliti meliputi siklus menstruasi, kecukupan zat gizi makro, status gizi, dan stres. Pengumpulan data kecukupan asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuisioner food recall 3×24 jam (1 hari libur dan 2 hari biasa) dengan bantuan foto bahan makanan terstandar dan nutrisurvey. Data antropometri diperoleh dengan cara pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak Tanita. Pengukuran tinggi dan berat badan dilakukan 2 kali untuk mencegah bias dan ketidaktelitian. Status gizi responden ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Cara penilaian stres diukur dengan menggunakan depression anxiety stress scale (DASS) yang telah dimodifikasi menjadi 14 poin dan dikategorikan tidak stres apabila skor 0-14 poin sedangkan kategori stres apabila skor >14 poin. Data siklus menstruasi diperoleh dari waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya.
Analisis data menggunakan uji Chi-Square (p<0,05) untuk menentukan hubungan dari variabel independen dan dependen. Regresi logistik digunakan untuk menentukan variabel yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.

HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan kecukupan asupan zat gizi makro dengan siklus menstruasi memiliki nilai p-value 0,030 dan prevalence ratio 3,78 (karbohidrat); p-value 0,001 dan prevalence ratio 5,42 (protein); p-value 0,003 dan prevalence ratio 4,88 (lemak). Kecukupan asupan karbohidrat tidak baik memiliki persentase tertinggi yaitu 83,2% dan sebanyak 61,5% responden dengan asupan kecukupan karbohidrat tidak baik memiliki siklus menstruasi tidak normal. Kecukupan asupan protein tidak baik memiliki persentase tertinggi yaitu 65%. Sebagian besar responden dengan kecukupan asupan protein tidak baik mengalami siklus menstruasi tidak normal dengan persentase 53%. Sementara pada kecukupan asupan lemak, presentase tertinggi terdapat pada asupan lemak tidak baik yaitu 56,6% dan rata-rata responden dengan asupan lemak tidak baik mengalami siklus menstruasi tidak normal yaitu 47%.

Hubungan status gizi dengan siklus menstruasi memiliki nilai p-value 0,004 dan prevalence ratio 14,59. Sebagian besar responden (73,5%) memiliki status gizi normal dan 22% responden mengalami status gizi lebih. Siklus menstruasi tidak normal memiliki persentase yang tinggi pada status gizi normal (43,4%) dan pada status gizi lebih (25,3%). Hubungan stres dengan siklus menstruasi memiliki nilai p-value 0,000 dan prevalence ratio 7,27. Sebanyak 71,1% responden mengalami stres dan 57,8% responden yang mengalami stres memiliki siklus menstruasi yang tidak normal.
Pada Tabel 2 didapatkan status gizi memiliki ratio pravalence tertin20,157 diikuti dengan stres dan kecukupan asupan lemak yaitu 9,298 dan 4,082.

PEMBAHASAN
Terdapat 68,7% responden mengalami siklus menstruasi tidak normal. Berdasarkan uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kecukupan asupan karbohidrat (p=0,030); kecukupan asupan protein (p=0,001); kecukupan asupan lemak (p=0,003); status gizi (p=0,004); dan stres (p=0,000) dengan siklus menstruasi pada remaja. Berdasarkan hasil uji regresi logistik didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap siklus menstruasi yaitu status gizi (OR=20,16).
Asupan karbohidrat, protein maupun lemak yang berlebihan akan diubah menjadi simpanan lemak. Tingginya simpanan lemak akan menyebabkan terjadinya gangguan siklus menstruasi dengan akumulasi kadar estrogen dalam tubuh sehingga apabila asupan karbohidrat, protein maupun lemak terpenuhi dan sesuai dengan kebutuhan maka siklus menstruasi akan normal.
Gizi lebih pada remaja putri dapat menyebabkan gangguan menstruasi, hal ini disebabkan terjadinya peningkatan produksi estrogen yang diketahui bahwa selain ovarium jaringan adiposa juga dapat memproduksi estrogen. Peningkatan estrogen yang terus menerus secara tidak langsung menyebabkan peningkatkan hormon androgen yang dapat menggangu perkembangan folikel sehingga tidak dapat menghasilkan folikel yang matang. Sedangkan remaja perempuan yang mempunyai status gizi kurus sekali akan mengalami hambatan dengan menstruasinya. Kehilangan berat badan secara besarbesaran dapat menyebabkan penurunan hormon gonadotropin untuk pengeluaran LH dan FSH yang mengakibatkan estrogen akan turun sehingga berdampak negatif pada siklus menstruasi.
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh status gizi berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi. Pada responden dengan status gizi tidak normal berisiko 14,58 kali mengalami siklus menstruasi tidak normal dibandingkan dengan responden yang memiliki status gizi normal. Penelitian lain sejalan dengan penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri .
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, stres berhubungan dengan gangguan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil wawancara, faktor penyebab stres terbanyak (63,2%) pada responden disebabkan karena adanya school stress. Pada responden yang mengalami stres terdapat risiko 7,27 kali gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stres. Stres seringkali membuat siklus mentruasi yang tidak teratur. Gangguan pada pola menstruasi melibatkan mekanisme regulasi intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh termasuk otak dan psikologis.

KESIMPULAN
Kecukupan asupan zat gizi makro, status gizi, dan stres memiliki hubungan yang bermakna dengan siklus menstruasi pada remaja putri. Status gizi tidak normal merupakan faktor dominan terjadinya gangguan siklus menstruasi (OR=20,157). Untuk mencegah masalah tersebut asupan makanan yang sehat, tidak melewatkan waktu makan utama, menjaga pola makan, serta pemilihan jenis makanan yang sehat dan bergizi seimbang juga harus diperhatikan sehingga kebutuhan energi rata-rata remaja putri perhari yaitu 2.125 kkal dan kecukupan asupan zat gizi makro dapat terpenuhi. Selain itu berat badan ideal dan status gizi yang normal dapat tercapai. Menghindari dan mengurangi faktor-faktor penyebab stres, serta diharapkan untuk mencatat tanggal menstruasi setiap bulannya agar dapat diketahui siklus menstruasi termasuk normal atau tidak normal.

DAFTAR PUSTAKA
Sitoayu L, Pertiwi DA, Mulyani EY. 2017. Kecukupan zat gizi makro, status gizi, stress, dan siklus menstruasi pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 13(3):121-128.

 

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *