REVIEW JURNAL : Pengaruh Pola Makan dan Stress pada Penderita Gastritis (Maag)

REVIEW JURNAL

Pengaruh Pola Makan dan Stress pada Penderita Gastritis (Maag)

Oleh:

Firda Laila Rachmawati (Universitas Diponegoro) & Zahra Zakiyah Komarudin (Universitas Esa Unggul)

Departemen Pendidikan dan Profesi ILMAGI 2020/2021

Bulan: April

Tema: Gizi Klinis

Abstrak

Gastritis merupakan proses inflamasi yang terjadi pada mukosa dan submukosa lambung dan dapat terjadi secara akut atau kronis. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya gastritis, faktor gaya hidup merupakan faktor yang paling berpengaruh pada penyebab gastritis. Gaya hidup yang paling sering menyebabkan gastritis yaitu pola makan, stress, merokok, usia, konsumsi obat – obatan dan konsumsi alcohol. Tujuan penelitian pada jurnal ini yaitu untuk mengetahui faktor gaya hidup yang berhubungan dengan risiko terjadinya gastritis berulang. Hasil Penelitian jurnal ini menunjukkan bahwa faktor gaya hidup yang berisiko menyebabkan gastritis berulang yaitu pola makan, merokok, pengunaan obat-obatan, tingkat stress dan konsumsi alcohol.

Pendahuluan

Menurut data dari Departemen Kesehatan RI dalam (Tussakinah W, 2018) angka persentase  dari  kejadian  penyakit  gastritis  di  Indonesia  adalah  40,8%.  Angka  kejadian gastritis  pada  beberapa  daerah  di  Indonesia  itu  sendiri  cukup  tinggi  dengan  prevalensi persentase  274.396  kasus  dari  238.452.952  penduduk.  Tingginya  prevalensi  pada gastritis  sangat  terasa  dampaknya  baik  pada  individu  ataupun  masyarakat,  dampak tersebut  dapat  berupa  menurunnya  produktivitas  kerja  serta  bertambahnya  pengeluaran untuk  biaya  pengobatan  penyakit.

Gastritis  adalah  satu  diantara  masalah  pencernaan  yang  banyak  di  derita  orang. (Kurnia, 2012) mengatakan hampir 10% pasien datang ke instansi gawat darurat dengan gejala  yang  mengindikasikan  dokter  dengan  diagnosa  gastritis.  Gastritis  atau  lebih dikenal dengan sebutan “maag” merupakan inflamasi pada daerah lambung tepatnya di mukosa,  dengan  gejala  klinik  mual,  muntah,  nyeri,  perdarahan,  fatique,  dan nafsu  makan berkurang.  Terdapat  2  jenis  diantaranya  akut  dan  kronik  dengan  penyebab  bersifat multifaktor.   Pada   gastritis   kronis   ada   kaitannya dengan   infeksi,   yaitu   bakteri Helicobacteri  Pylori dan  pada  hasil  pemeriksaan  fisik  pasien  mengeluh  adanya  nyeri tekan pada daerah epigastrium atau tukak lambung (Muttaqin & Sari, 2011).

Metode

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosa gastritis 120 responden dan jumlah sampel yang diambil adalah 55 responden, pengambilan sampel dengan cara accidental sampling. Pengambilan data ini sebelumnya dilakukan persetujuan dengan menandatangani lembar informed consent. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan kemudian di olah dan dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat yaitu analisis chi-square.

Hasil dan Pembahasan

– Faktor Pola Makan

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pola makan yang kurang baik (88.9) mengakibatkan kekambuhan jika dibandingkan dengan responden yang pola makannya baik (37.8). Hal ini mengindikasikan bahwa kekambuhan gastritis terjadi karena pola makan yang kurang baik, akibatnya asam lambung mengiritasi mukosa lambung karena terjadinya peningkatan sekresi asam lambung. Karena adanya ketidakmampuan lambung (indegesti) produksi asam lambung yang berlebihan akibat ketidakseimbangan faktor defensif dan faktor agresif yang mengakibatkan produksi HCl meningkat akibat porsi makanan yang kurang atau bahkan berlebih, makanan yang merangsang seperti pedas, asam, dan waktu makan yang tidak teratur (P. Tarigan, 2006).

– Faktor Tingkat Stress

Hasil penelitian ini menunjukkan hasil responden yang mengalami stres (88,9%) mengalami kejadian gastritis berulang, artinya stres acapkali dialami oleh responden hingga mengalami gangguan pada sistem pencernaan seperti lambung terasa kembung, perih, mual akibat dari peningkatan asam lambung, dan ini sejalan dengan penelitian (Citra Julita Tarigan, 2003) faktor psikis dan emosi pada responden dengan kecemasan dan depresi dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal tract yang mengakibatkan perubahan sekresi HCl, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung.

Alasan lainnya mengapa stres menyebabkan sakit maag adalah karena stres dapat menurunkan kadar hormon prostaglandin yang memiliki fungsi membantu memperkuat mucous barrier yang melindungi lapisan lambung dari efek korosif asam lambung. Selain itu stres juga memicu produksi hormon adrenalin dalam tubuh. Meningkatnya jumlah hormon adrenalin ini, juga menyebabkan peningkatan produksi asam lambung. Stres dan perasaan negatif lainnya juga akan merangsang sistem syaraf simpatik yang mengakibatkan kesulitan dalam proses pencernaan makanan.

– Faktor Konsumsi Alkohol

Hasil penelitian menunjukkan hasil rresponden yang mengkonsumsi alcohol (41,9%) mengalami gastritis berulang. Konsumsi alcohol dapat memperburuk gejala yang dialami sehingga dapat menyebabkan kerusakan lambung. Akibat konsumsi alcohol yang berlebih dapat menimbulkan rasa nyeri yang menyerang perut, mengalami jackpot atau muntah akibat kadar asam lambung yang meningkat didalam perut.

Mengkonsumsi alcohol dapat mengakibatkan gastritis karena didalam alcohol terkandung ethanol, zat psikoaktif yang dapat menurunkan kesadaran apabila dikonsumsi dan sifatnya iritatif dan dapat merusak mukosa lambung. Selain alcohol dapat merusak mukosa lambung, mengkonsumsi alcohol juga dapat menganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam pepsin kedalam jaringan lambung yang dapat menimbulkan peradangan. Akibat iritasi pada respons mukosa lambung yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan, masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung. Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan peritonitis (Nurwijaya & Ikawati, 2010).

Kesimpulan

Produksi hormon kortisol saat stres dapat menyebabkan penurunan limfosit dan menurunkan sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri sebagai faktor iternal dalam kejadian gastritis. Sedangkan pada faktor ekstrinsik seperti pola makan dan stres dapat mengakibatkan kejadian gastritis berulang dikarenakan adanya produksi HCl yang berlebih sehingga mengiritasi mukosa lambung.

Daftar Pustaka

Purbaningsih, E. S. (2020). Analisis Faktor Gaya Hidup yang Berhubungan dengan Resiko Kejadian Gastritis Berulang, Syntax Idea, 2(5), 50-60.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *