Orang-orang yang memiliki berat lahir rendah rentan terhadap risiko penyakit jantung koroner dikemudian harinya. Hal ini diduga karena adanya proses kekurangan gizi pada saat masa kehamilan, mengubah ekspresi gen dan menyebabkan perubahan organ dan sistem tubuh. Status gizi bayi yang telah dilahirkan tidak hanya bergantung pada diet ibu pada masa kehamilan saja tetapi juga ditentukan oleh riwayat gizi ibu dan proses metabolismenya yang direflikasikan dengan berat dan tinggi badan ibu itu sendiri. Gizi bayi juga tergantung pada kemampuan plasenta ibunya untuk mengangkut asupan gizi dari darah ibunya.
Berat plasenta berkorelasi dengan berat lahir dan ukuran plasenta karena itu terkait dengan fungsinya. Dalam beberapa keadaan janin yang kurang gizi pada pertengahan kehamilan dapat memperluas permukaan plasenta untuk mengekstrak dan membawa lebih banyak gizi dari ibu. Hal ini menyebabkan plasenta akan lebih berat dalam kaitannya dengan berat lahir. Diketahui bahwa berat plasenta yang rendah dan berat plasenta tinggi dengan berat lahir telah terbukti memprediksi penyakit jantung koroner. Oleh karena itu kami meneliti efek daripermukaan plasenta dalam kategori yang berbeda dari ukuran tubuh ibu. Kami berhipotesis bahwa adanya hubungan antara berat badan lahir rendah dan penyakit jantung koroner diakibatkan karena ukuran tubuh ibu dan ukuran plasenta yang membatasi asupan gizi janin dan pertumbuhannya.
Kami mempelajari 6.975 orang yang lahir di Daerah Helsinki selama 1934 hingga 1944 M dengan melihat data ukuran berat lahir mereka. Orang-orang yang terkena penyakit jantung koroner cenderung memiliki indeks Ponderal rendah (lahir berat / panjang).
Gambar diatas menunjukan bahwa rasio bahaya untuk penyakit jantung koroner menurut perbedaan antara panjang dan luasnya plasenta yang permukaan, pada pria yang lahir dari ibu yang pendek.
Tiga fenotipe plasenta yang berbeda diprediksi menimbulkan penyakit. Pada ibu primipara yang pendek, memiliki tinggi badan di bawah rata-rata, rasio hazard untuk penyakit 1,14 (95% interval kepercayaan diri 1,08-1,21, P, 0,0001) untuk setiap kenaikan sentimeter perbedaan antara panjang dan luasnya permukaan plasenta. Pada ibu tinggi yang indeks massa tubuh berada di atas median, rasio hazard adalah 1,25 (1,10-1,42, P ¼ 0,0007) per 40 cm penurunan luas permukaan. Pada ibu tinggi indeks massa tubuh yang berada di bawah median, rasio hazard adalah 1,07 (1,02-1,13, P ¼ 0,01) per kenaikan 1% pada perbandingan rasio berat plasenta/ berat lahir.
Tiga kombinasi yang berbeda dari ukuran ibu dan plasenta diperkirakan mengalami penyakit jantung koroner. Ukuran tubuh ibu menentukan ketersediaan gizi dan terkait dengan pengembangan dan fungsi plasenta, hal ini kembali tercermin dalam data bentuk dan ukuran. Kami berspekulasi bahwa variasi dalam tiga proses dari perkembangan plasenta normal menyebabkan janin mengalami gizi buruk. Beberapa proses ialah (1) implantasi dan invasi spiral arteri, (2) pertumbuhan permukaan chorionic, dan (3) pengembangan kompensasi dari permukaan chorionic.
.
Sumber:
Eriksson, Johan G., Eero Kajantie, Kent L. Thornburg, Clive Osmond, and David J.P. Barker. “Mother’s Body Size and Placental Size Predict Coronary Heart Disease in Men”. European Heart Journal (2011) 32, 2297–2303. doi:10.1093/eurheartj/ehr147