Sari Buah Markisa Ungu Mencegah Peningkatan MDA Serum Tikus dengan Diet Aterogenik

Sari Buah Markisa Ungu Mencegah Peningkatan MDA Serum Tikus dengan Diet Aterogenik

Inggita Kusumastuty

Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya – 2014

Latar Belakang

Pola makan tinggi lemak beresiko menyebabkan timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis terjadi akibat proses oksidasi LDL yang dilakukan oleh radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas terdapat dalam tubuh melalui metabolisme sehari-hari dan akan dirubah menjadi substasi yang tidak berbahaya yaitu H2O dan CO2. Namun apabila radikal bebas melebihi batas proteksi antioksidan kemudian bertemu dengan asam lemak tidak jenuh ganda maka akan terjadi peroksidasi lipid. Reaksi peroksidasi lipid akan menghasilkan MDA (malondialdehyde) yang digunakan sebagai biomarker peroksidasi lipid dan menggambarkan derajat stres oksidatif. Untuk mencegah peroksidasi lipid dibutuhkan antioksidan untuk menstabilkan radikal bebas dan serat larut air dalam penurunan kolesterol serum.

Buah markisa unggu merupakan salah satu jenis buah markisa yang banyak di budidayakan di Indonesia. Buah ini sering dimanfaatkan dalam pembuatan sirup dan jus. Dari kandungan gizinya, buah markisa ungu memiliki nilai gizi tinggi terutama kandungan antioksidannya. Buah markisa segar banyak mengandung vitamin A, vitamin C, β-karoten, komponen flavonoid dan serat. β-karoten merupakan jenis antioksidan tertinggi yang terkandung dalam buah markisa unggu. Dalam 100 ml sari buah markisa mengandung 1070 µg β-karoten. β-karoten bermanfaat bagi jantung jika dikombinasikan dengan antioksidan yang lain. Flavonoid dalam markisa mampu menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara meningkatkan produksi HDL.

Mengingat manfaat buah markisa terhadap pencegahan penyakit jantung, dan karena masih jarangnya penelitian di Indonesia tentang buah markisa ungu maka penulis ingin mengetahui pengaruh pemberian sari markisa ungu terhadap kadar MDA serum pada tikus wistar jantan yang diberikan diet aterogenik.

Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan metode desain penelitian eksperimen (post test control group design). Sampel menggunakan 30 ekor tikus putih Rattus Norvegicus strain Wistar dengan umur ± 2 bulan dan berat badan 150-200 gram. Tikus dibagi dalam 5 kelompok yaitu : Perlakuan diet normal (P0), perlakuan diet aterogenik (P1), perlakuan diet aterogenik dan sari buah markisa ungu 2,3 ml (P2), perlakuan diet aterogenik dan sari buah markisa ungu 3,3 ml (P3) dan perlakuan diet aterogenik dan sari buah markisa ungu 4,3 ml (P4). Pemberian dilakukan secara sonde setiap hari selama 60 hari. Variable dependen adalah MDA serum tikus jantan yang diuji dengan spektrofotometer. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik One way Annova, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey dengan nilai p ≤ 0,05.

Hasil dan Pembahasan

1.   Asupakan Pakan tikus

irwan 1Rata-rata asupan pakan pada diet normal lebih tinggi dibandingkan dengan asupan diet aterogenik dengan sari buah markisa ungu. Selain itu pada kelompok varian dosis, kelompok P4 menunjukkan asupan pakan yang paling rendah dibandingkan dengan 2 kelompok lainnya (P2>P3>P4). Asupan diet aterogenik lebih rendah dari diet normal diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu, faktor keadaan tikus dan faktor pakan tikus.

Diet aterogenik yang diberikan berpengaruh terhadap perubahan profil lipid dan berat badan. Hal ini desebabakan, walupun jumlahnya sedikit die aterogenik mengandung lemak yang tinggi 47,3 % dari total enegi dibandingkan pada diet normal yang hanya 8 % dari total energi. Tingginya kadar lemak ini dikarenakan penambahan telur bebebk 5 %, minyak babi 8,9 %, lemak kambing 10 %, minyak kelapa 1 % dan asam kolat 0,1 %.

Penambahan minyak babi dapat menyebabkan tikus mengalami hiperkolesterolemia. Hal ini dikarenakan minyak babi mengandung asam lemak jenuh 38-43 % dan kolesterol. Pemberian terus menerus selam 14 hari dapat mengakibatkan meningkatnya kadar kolesterol dan trigliserida.

Peninjauan antara perlakuan yang mendapatkan sari buah markisa ungu, asupan pakan kelompok P4 berbeda signifikan dengan kelompok P2 dan P3. Asupan kelompok P4 paling rendah dibandingkan dengan P2 dan P3. Menunjukkan bahwa pemberian diet aterogenik yang diberikan bersamaan dengan sari buah markisa dengan dosis paling tinggi (pada kelompok P4 ) memiliki hasil paling rendah. Hal ini diakibatkan karena tingkat stress tikus P4 paling tinggi akibat pemberian sari buah markisa 2 kali melalui sonde, sehingga berdampak pada asupan pakan yang lebih rendah dibandingkan dengan P2 dan P3. Selain itu keterbatasan volume lambung tikus juga berpengaruh. Dalam keadaan nyaman volume lambung tikus penuh sebesar 3,38 ±0,52 ml. Lambung dapat pula diregangkan sampai volume 4,63±0,44 ml sedangkan saat lambung tikus penuh volumenya sebesar 6,63 ±0,92 ml.

Pemberian sari buah markisa ungu pada kelompok P2=2,3 ml, P3 = 3,3 ml dan P4 = 4,2 ml, bila dibandingkan dengan volume lambung tikus P3 berada pada keadaan nyaman penuh sedangkan P4 berada di luar keadaan nyaman penuh. Karena keterbatasan kapasitas lambung dapat diasumsikan ketika tikus mendapatkan sari buah markisa ungu dengan dosis lebih tinggi, maka tikus akan lebih kenyang dan asupan pakannya akan lebih sedikit.

 

2.   Kadar MDA serum Tikus

Kadar MDA serum tikus yang diberi diet normal, diet aterogenik dan diet aterogenik + sari buah markisa ungu sebagai berikut.

irwan 2

Hasil statistik pada MDA serum menunjukkan terdpat perbedaan kadar MDA serum pada tikus wistar pada berbagai kelompok (ANOVA, p=0,000). Uji post hoc tukey menunjukkan ketiga dosis sari markisa ungu terdapat perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa sari markisa dapat mencegah peningkatan kadar MDA serum tikus. Dosis P4 yaitu 4,2 ml/hari selama 60 hari dengan diet aterogenik secara statistik dapat mengembalikan tikus pada kondisi normal (P0=P4).

Pada penelitian ini, komponen yang terdapat pada sari markisa ungu yaitu vitamin A, vitamin C, β-karoten , komponen flavonoid dan serat berperan dalam mencegah peningkatan MDA serum. Serat larut air dapat menurunkan LDL melalui mekanisme pengikatan asam lemak, kolesterol dan garam empedu di saluran cerna. Asam lemak dan kolesterol yang terikat tidak dapat membentuk micelle, akibatnya lemak tidak dapat diserap dan akan menuju usus besar untuk di ekskresikan melalui feses. Komponen lai nyang berperan dalam peningkatan pencegahan MDA adalah antioksidan yaitu dengan cara memberikan atom hydrogen secara cepat pada radikal bebas, dalam hal ini radikal hidroksil (OH) sehingga mencegah reaksi berantai.

Kesimpulan

Pemberian sari markisa ungu peroral dapat mencegah peningkatan kadar MDA serum pada tikus dengan diet aterogenik secara signifikan dan dosisi yang paling efektif adalah 4,2 ml/hari.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *