KETERSEDIAAN AHLI GIZI OLAHRAGA DAPAT MENYEBABKAN PENINGKATAN KINERJA DAN PEMULIHAN ATLET BISBOL NASIONAL COLLEGIATE ATHLETIC ASSOCIATION (NCAA)

Oleh : Nur Ayu Mutia, Universitas Hasanuddin

Pendahuluan

Bisbol adalah olahraga yang sangat bergantung pada keterampilan dan teknik. Dilaporkan bahwa penggunaan sistem energi bisbol adalah sekitar 90% anaerobik dan 10% aerobik. Karena bisbol dinilai kurang aerobik (meningkatkan konsumsi oksigen ke seluruh tubuh) dibandingkan dari jenis olahraga lainnya, gizi mungkin tidak akan menjadi fokus utama dari pelatih bisbol. Namun, atlet bisbol berpartisipasi dalam beberapa permainan yang berlangsung lebih dari 3 jam selama musim pertandingan, yang kemudian gizi dianggap memiliki dampak yang besar pada kinerja para atlet. Secara khusus, bimbingan gizi yang tepat mengenai kebiasaan dan praktik waktu makan penting untuk meningkatkan kinerja olahraga dan memastikan pemulihan yang tepat.

 

Metode

Pada penelitian ini, digunakan analisis data statistik deskriptif dan analisis Pearson X2, juga kuesioner yang dirancang untuk menilai Dietary Eating Habits (kebiasaan makan), termasuk di dalamnya penggunaan suplemen serta stategi nutrisi yang dijalankan para siswa atlet bisbol dari 3 institusi berbeda yang berada di bawah Nasional Collegiate Athletic Association (NCAA).

 

Hasil

Ketiga institusi yang berbeda ini mempekerjakan Strength and Conditioning Coach (SCC), dan hanya dua institusi di antaranya yang mempekerjakan Sport Dietitian (SD) secara penuh. Melalui kuesioner yang diberikan pada siswa dari ketiga institusi berbeda dengan total responden 99 orang siswa atlet, diketahui 36 di antaranya mendapatkan asuhan nutrisi dari Sport Dietitian (SD), 42 orang dari pelatih (Strength and Conditioning Coach (SCC)), dan sisanya memilih makanan mereka sendiri.

Kedua gambar di atas menunjukkan perbedaan kebiasaan makan antara kelompok atlet dengan SD dan kelompok atlet dengan SCC. Serta perbedaan perlakuan SD dan SCC pada para atlet binaannya.

 

Pembahasan

Jumlah responden yang menggunakan jasa SD dalam menangani asuhan gizinya yakni 19 orang pada Universitas 1, 17 orang pada Universitas 2, dan tidak ada sama sekali pada Universitas 3. Sedangkan responden yang menggunakan jasa SCC adalah sebanyak 9 orang pada Universitas 2, 33 orang pada Universitas 3, dan tidak ada sama sekali pada Universitas 1. Dari keseluruhan jumlah responden, tidak semuanya memilih SD ataupun SCC, sejumlah responden juga ada yang memilih makanannya sendiri tanpa SD dan SCC.

Perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang menggunakan jasa Sport Dietitian dan yang tidak adalah makanan yang mereka konsumsi sehari-hari. Dilaporkan bahwa jumlah responden dengan SD yang mengonsumsi minuman tanpa kafein dan menggunakan multivitamin lebih besar dari responden dengan SCC, sebaliknya dengan jumlah responden yang mengonsumsi makanan cepat saji dan soda. Selain itu, SD cenderung lebih memperhatikan pilihan makanan sehat yang dikonsumsi oleh responden setiap harinya, lebih sering menyiapkan makanan sendiri, dan lebih memperhatikan waktu-waktu makan yang baik bagi responden. Pada saat sedang melakukan perjalanan, kelompok siswa dengan SCC cenderung mengonsumsi makanan cepat saji misalnya burger, sementara kelompok siswa dengan SD akan mengonsumsi makanan yang disiapkan sebelumnya oleh tim.

Penelitian sebelumnya, termasuk hasil penelitian ini, telah menunjukkan bahwa akses ke ahli diet terdaftar atau SD dapat membantu atlet NCAA meningkatkan kepatuhan terhadap kinerja gizi dan meningkatkan kemampuan atlet untuk memulihkan diri setelah latihan maupun kompetisi. Namun, kendala waktu dapat menyebabkan SD tidak mampu menyediakan pendidikan nutrisi yang tepat untuk semua atlet di bawah lingkup mereka, dan banyak lembaga NCAA tidak memiliki SD karena keterbatasan keuangan.

 

Kesimpulan

SD merupakan aset berharga bagi program olahraga. Namun, di lembaga-lembaga dengan sumber daya keuangan yang terbatas, SCC dapat berfungsi sebagai sumber utama pengetahuan atlet gizi yang berhubungan dengan kinerja olahraga. Oleh karena itu, disarankan bahwa SCC mencari cara untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang waktu makan, praktik hidrasi, serta metode untuk mengurangi konsumsi alkohol dan menyediakan pilihan makanan sehat, dan nyaman untuk atlet. Jika memungkinkan, disarankan bahwa SCC membentuk hubungan kolaboratif dengan SD.

 

Daftar Pustaka

Hull, Michael V., Jonathan Neddo, Andrew R. Jagim, Jonathan M. Oliver, Mike Greenwood and Margaret T. Jones. Availability of a sports dietitian may lead to improved performance and recovery of NCAA division I baseball athletes. Journal of the International Society of Sports Nutrition (2017) 14:29.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *