HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, PERSEN LEMAK TUBUH, ASUPAN ZAT GIZI DENGAN KEKUATAN OTOT

 

Ainun Nurhaliza, Universitas Esa Unggul dan Ida Fransiska, Institut Pertanian Bogor

 

Pendahuluan

Kekuatan otot merupakan kekuatan kontraksi maksimal otot yang dapat dikeluarkan pada tahap tertentu. Kekuatan otot merupakan salah satu komponen penting yang mendukung prestasi atlet. Peningkatan/penurunan berat badan, persen lemak tubuh dan massa otot salah satunya dipengaruhi oleh asupan makanan berlebih ataupun kurang. Kebutuhan gizi harian atlet berbeda tergantung pada intensitas latihannya. Untuk dapat mempertahankan komposisi tubuh sesuai dengan kebutuhan tiap cabang olahraga, pengaturan asupan makan haruslah tepat, dan sesuai dengan kebutuhan. Komposisi tubuh dan berat badan memberi kontribusi terhadap performa latihan. Berat badan dapat mempengaruhi kecepatan, daya tahan dan power seorang atlet, sementara komposisi tubuh (massa lemak dan massa tubuh bebas lemak) dapat menghasilkan kekuatan, kelincahan dan penampilan atlet (Weatherwax, 2008). Tetapi, Indeks Massa Tubuh bukan merupakan patokan status gizi seorang atlet, karena tidak menggambarkan komposisi tubuh dan tidak merepresentasikan persen lemak tubuh, dan tidak akurat untuk memprediksi kelebihan massa lemak dan massa otot (Ode et al, 2007; William, 2007).  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara IMT, persen lemak tubuh, asupan zat gizi (tingkat konsumsi energy, tingkat konsumsi protein, persentase asupan lemak dan persentase asupan karbohidrat dalam sehari) dengan kekuatan otot pada siswa kelas atlet bola basket SMA Terang Bangsa Semarang.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Pengambilan subjek penelitian adalah 11 siswa laki-laki usia 15-18 tahun kelas atlet bola basket SMA Terang Bangsa Semarang dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan syarat inklusi yaitu dalam keadaan sehat, tidak menderita cedera muskoloskeletal. Data dalam penelitian merupakan data primer, terdiri dari karakteristik subjek, antropometri berat badan didaptkan dengan menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan dilakukan secara langsung menggunakan mikrotois, konsumsi pangan subjek didapatkan dari hasil recall 224 jam (hari kerja dan hari libur), persen lemak tubuh diukur menggunakan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis) dan kekuatan otot diperoleh dari tes kekuatan otot punggung, otot tungkai, otot bahu dan kekuatan genggaman tangan menggunakan grip dynamometer, back-leg dynamometer dan push-pull dynamometer. Kemudian kenormalan data dianalisis menggunakan Shapiro Wilk dan uji korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antara IMT, persen lemak tubuh, tingkat konsumsi energy, tingkat konsumsi protein, presentase asupan lemak dan persentase asupan karbohidrat dengan kekuatan otot.

Hasil

Berdasarkan kategori IMT pada penelitian ini rata-rata subjek (90,9%) memiliki status gizi normal. Namun, IMT tidak mempresisikan massa lemak ataupun massa otot atlet. Pada penelitian ini pengukuran persen lemak tubuh sebagian besar subjek (63,6%) tergolong lebih. Semua subjek penelitian mempunyai tingkat konsumsi energi kurang (tingkat konsumsi energi < 80%), hasil recall konsumsi rata-rata asupan energi 2042,55±225,99 kkal dari total kebutuhan energi masing-masing subjek 3767,73±261,61 kkal. Dari total analisis asupan makanan subjek mengandung 68,97±6,3% karbohidrat, 11±1,2% protein dan 29,95±4,9% lemak dari total asupan energi. Komposisi gizi yang dianjurkan untuk atlet adalah 55-65% karbohidrat, 20-35% lemak dan 12-15% protein dari total energy sehari. Asupan makan subjek terlalu banyak mengandung karbohidrat sedangkan protein kurang. Sedangkan untuk asupan lemak terdapat 5 subjek dikategorikan lebih dan 6 subjek dikategorikan normal, dengan rata-rata asupan lemak 68,55±16,98 g atau 29,95±4,88% dari total asupan energi sehari.

Pembahasan

Kekuatan otot yang diukur menggunakan dinamometer didapatkan hasil rata-rata adalah 376.07±107.84 (3 subjek kekuatan otot baik, 3 subjek kekuatan otot cukup, dan 4 subjek kekuatan otot kurang). IMT tidak memiliki hubngan dengan kekuatan otot, namun persen lemak tubuh memiliki hubungan dengan kekuatan otot, yaitu semakin kecil persen massa lemak maka kekuatan otot semakin besar. Diet dapat –langkah dalam memengaruhi langkah-langkah penting dalam adaptasi tubuh. Asupan makanan adalah penyedia enrgi untuk latihan dengan mengubah lingkungan hormon untuk mendukung anabolisme. Seorang atlet membutuhkan asupan energi yang lebih besar dari orang biasa karena aktivitas tinggi yang meningkatkan pengeluaran energi untuk metabolisme, panas, dan sintesis hormon. Atlet dengan aktvitas olahrga intensitas sedang perlu mengonsumsi makanan yang terdiri dari 55 – 65% karbohidrat (5 – 8 KgBB/Hari) dengan tujuan penyimpanan glikogen di hati. Subjek dalam penelitian ini tergolong mengonsumsi karbohidrat yang lebih, naun apabila asupan energi kurang maka asupan karbohidrat akan digunakan sebagai energi utama tubuh untuk menjalankan fisiologis tubuh. Sumber energi yang dapat digunakan saat beraktivitas cepat dengan intensitas tinggi seperti lari cepat adalah kreatin fosfat dan kemudian glikolisis otot sebagai sumber energi.

Kesimpulan

Persen lemak tubuh memiliki korelasi negatif dengan kekuatan otot dan asupan protein berkorelasi positif dengan kekuatan otot.

Daftar pustaka

Setiowati, Anies. 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Persen Lemak Tubuh,

Asupan Zat Gizi dengan Kekuatan Otot. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. 4(1):32-38.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *