IDENTIFIKASI SOMATOTYPE, STATUS GIZI, DAN DIETARYATLET REMAJA STOP AND GO SPORTS

Diana Pratiwi, Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, Fajri Fitria, Maria Dina Perwita Sari, Nadia Hanun Narruti, I Nyoman Winata, Fatimah, Marina Dyah Kusumawati

Reviewer: Lia Nurmilatun Saidah, Universitas Hasanuddin

PENDAHULUAN

Stop and go sports merupakan olahraga yang dilakukan secara berkelompok sperti sepak bola, volley, basket dan permainan umum lainnya. Kelelahan akibat durasi permainan yang panjang dengan intensitas gerakan cepat dan tiba-tiba menjadi masalah yang paling umum terjadi pada atlet stop and go sports. Bersama dengan latihan yang intensif, asupan yang adekuat dapat membentuk somatotype yang juga dapat membantu performa. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi somatotype serta mengevaluasi asupan makanan dan minuman atlet remaja kategori stop and go sports di Wisma Atlet Ragunan, Jakarta, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

 METODE

Sebuah studi deskriptif kuantitatif dilakukan untuk mengkaji somatotype,  komposisi tubuh serta mengevaluasi status gizi dan asupan makanan-minuman suatu kelompok atlet stop and go sports. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015, diikuti atlet kategori cabang olahraga stop and go sports ini terdiri atas sepuluh atlet basket (14-18 tahun), 14 atlet sepak bola (14-18 tahun), dan empat atlet volley (14-16 tahun). Proses pengambilan data penelitian melibatkan dua macam pengukuran, yaitu pengukuran antropometri dan somatotype serta pengukuran asupan makanan dan cairan. Pengukuran antropometri yang dilakukan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, pengukuran skinfolddi lima titik (biceps, triceps, suprailliaca, subscapula, dan betis), lingkar lengan tegang, lingkar betis, dan pengukuran lebar tulang di dua titik (humerus dan femur). Komponen tersebut merupakan komponen yang diperlukan dalam penentuan somatotype.  Seluruh pengukuran tersebut dilakukan dalam tiga kali pengukuran, kecuali pengukuran berat badan.

HASIL

       Tabel 1 menunjukkan data hasil pengukuran antropometri dan status gizi pada atlet basket, sepak bola dan volley atau kategori stop and go sports. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa rerata berat badan atlet basket lebih tinggi daripada atlet volley dan sepak bola. Akan tetapi, atlet basket memiliki rerata tinggi badan paling rendah dari atlet volley dan sepak bola. Rerata indeks massa tubuh (IMT) tertinggi ada pada atlet basket, sedangkan IMT terendah ada pada atlet sepak bola.

tabel-1-lia Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rerata somatotypeatlet volley ini adalah central (2,8-2,4-2,8).tabel-2-lia                 Tabel 3 menunjukkan bahwa pemenuhan asupan tertinggi pada cabang olahraga basket adalah asupan lemak, diikuti asupan energi, asupan karbohidrat, dan asupan protein. Pemenuhan asupan tertinggi pada cabang olahraga sepak bola adalah asupan lemak, diikuti asupan protein, asupan energi, dan asupan karbohidrat. Pada atlet volley, pemenuhan asupan tertingginya pada asupan lemak, diikuti asupan energi, asupan protein, dan asupan karbohidrat.

tabel-3-lia

Tabel 4 menunjukkan gambaran umum asupan zat gizi mikro dan belum dapat menunjukkan asupan spesifik masing-masing zat gizi. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan adalah food recall 24 hours. Rerata asupan zat gizi mikro pada semua atlet sudah memenuhi 50-100% AKG, kecuali beberapa asupan yang belum memenuhi 50% AKG yaitu kalsium, asam folat, serat, dan vitamin D pada atlet basket, asam folat, serat, dan vitamin C pada atlet sepak bola, kalsium, serat, dan vitamin D pada atlet volley.

tabel-4-lia

Berdasarkan Tabel 5 rerata asupan cairan dari minuman atlet basket (3225±1286 ml) lebih banyak dari atlet volley (3200±2333 ml) dan sepak bola (2500±1215 ml). Keseluruhan atlet (100%), baik basket, sepak bola, maupun volley mengkonsumsi air mineral, susu, susu fermentasi, yoghurt, eskrim, dan minuman tak berkarbonasi mengandung gula. Lebih dari 50% atlet stop and go sports  mengkonsumsi minuman isotonis.

tabel-5-lia

PEMBAHASAN

        Somatotype atau bentuk tubuh adalah keadaan tubuh dari seseorang yang sangat menentukan aktivitas fisik terhadap suatu cabang olahraga tertentu (Heath, 2005). Setiap cabang olahraga memiliki area dan pola permainan yang berbeda, sehingga pemain harus disesuaikan dengan tipe tubuh agar mampu bersaing di lapangan dan mampu melawan bentuk permainan yang berbeda.

Berdasarkan pengukuran somatotype, rerata somatotype pada atlet basket adalah 4,2-3,4-1,4 yang tergolong mesomorphic endomorphdengan kecenderungan endomorphy yang lebih dominan dan mesomorphyyang lebih besar dari ectomorph. Hasil tersebut kurang sesuai dengan penelitian Erculj & Bracic (2014) yang menyatakan bahwa somatotype untuk atlet basket perempuan di Eropa usia 14-15 tahun adalah ectomorphic endomorph (3,6-3,0-3,4). Akan tetapi, terdapat 3 atlet basket yang memiliki somatotype mesomorph endomorph. Jenis  somatotype  tersebut sesuai dengan somatotype atlet basket perempuan dewasa di Yunani yaitu mesomorph endomorph (3,7-3,2-2,4) (Bayios, 2006).

Kebutuhan energi atlet diperhitungkan dari kebutuhan energi basal, aktivitas, dan latihan. Tambahan energi untuk aktivitas olahraga dan latihan dikalkulasi dengan mempertimbangkan jenis, durasi, dan frekuensi latihan. Jenis dan jadwal pemberian asupan makanan dan minuman yang tepat bagi atlet dapat menunjang kemampuan keterampilan saat berlatih dan bertanding pada olahraga stop and go sports. Pada olahraga stop and go sports sering terjadi hentakan dan gerakan yang cepat pada serabut otot. Karbohidrat menjadi kunci dari sumber tenaga pada atlet stop and go sports karena karbohidrat digunakan oleh otot sebagai sumber kekuatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam jenis olahraga ini adalah ketika simpanan karbohidrat sudah habis maka otot akan mengalami kelelahan dalam waktu cepat. Di samping itu, pada saat suplai oksigen dalam tubuh tidak tercukupi, maka lemak tidak dapat diubah menjadi energi. Untuk  itu, asupan karbohidrat untuk menggantikan karbohidrat yang telah digunakan itu sangat penting (Skolnik & Chernus, 2010).

Asupan zat gizi mikro atlet cabang olahraga stop and go sports belum sesuai dengan AKG untuk kategori umur 10-18 tahun. Kurang atau lebihnya asupan zat gizi mikro juga di pengaruhi oleh asupan zat mikro secara total dan jenis makanan yang dikonsumsi. Asupan makan yang kurang, dari segi jenis dan jumlah, akan mempengaruhi asupan zat gizi mikro.

KESIMPULAN

       Data asupan makanan dan minuman yang diperoleh dengan metode food recall 24 jam menggambarkan konsumsi makanan dan minuman selama sehari, sehingga tidak dapat menggambarkan kebiasaan serta pola makan atlet sehari-hari. Oleh karena itu, studi ini perlu dikembangkan dengan meneruskan metode

food recall 24 jam selama tiga hari agar dapat mengetahui kebiasaan makan atlet. Meskipun hasil pengukuran antropometri menunjukkan seluruh atlet dari semua cabang olahraga berstatus gizi baik, belum seluruh atlet dari seluruh cabang olahraga dapat memenuhi asupan zat gizi makro dan zat gizi mikro dengan baik. Penanaman pentingnya gizi dan pengaturan pola makan atlet tetap perlu dilakukan supaya atlet lebih mengerti peran setiap zat gizi dalam performa olahraga. Selain itu, edukasi terkait eatingdisorderdan citra tubuh perlu diberikan

karena kedua masalah tersebut rentan terjadi pada remaja.

 

DAFTAR PUSTAKA

Pertiwi, dkk. 2016. Identifikasi Somatotype, Status Gizi, Dan Dietaryatlet Remaja Stop And Go Sports. Jurnal KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *