KAJIAN HARI GIZI NASIONAL KE-61 : REMAJA SEHAT BEBAS ANEMIA

KAJIAN HARI GIZI NASIONAL KE-61 : REMAJA SEHAT BEBAS ANEMIA

Oleh:

Departemen Isu dan Advokasi ILMAGI 2020-2021

LATAR BELAKANG

Setiap tanggal 25 Januari, diperingati sebagai Hari Gizi Nasional (HGN). Pada tahun ini peringatan HGN bertemakan “Remaja Sehat Bebas Anemia” dengan slogan “Gizi Seimbang, Remaja Sehat, Indonesia Kuat” dan hashtag #Mudasehatbebasanemia. Anemia dipilih sebagai tema HGN mengingat salah satu masalah gizi yang sedang dihadapi Indonesia dan harus menjadi perhatian semua pihak adalah anemia khususnya pada remaja putri.

Saat ini lndonesia dihadapkan pada triple burden of malnutrition yaitu tingginya prevalensi stunting, wasting, dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro terutama anemia. Menurut Riskesdas 2018 prevalensi anemia pada remaja sebesar 32% atau terdapat 3 – 4 dari 10 remaja menderita anemia. Anemia juga merupakan masalah gizi yang terjadi di berbagai Negara dan termasuk ke dalam 10 masalah kesehatan terbesar di dunia, akan tetapi kemajuan penurunan angka prevalensi anemia masih dinilai rendah (Sya’bani dan Sumarmi 2016).

Menurut World Health Organization WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Batasan remaja yang hampir serupa juga dikemukaan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) yang menyebutkan rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Remaja terutama remaja putri (rematri) rentan menderita anemia sehingga memerlukan perhatian khusus.

DEFINISI, TANDA DAN GEJALA ANEMIA

Anemia merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darah merah di bawah normal l (WHO, 2011). Anemia yang paling banyak diderita oleh remaja adalah anemia defisiensi zat besi. Untuk memastikan apakah seseorang menderita anemia dan/atau kekurangan gizi besi perlu pemeriksaan darah di laboratorium.

Menurut Natalia  (2015), tanda dan gejala anemia adalah kulit pucat, detak jantung meningkat, pernafasan  terganggu atau mengalami sesak nafas, mudah lelah, sering merasa sakit kepala dan pusing hingga pingsan, siklus menstruasi tidak teratur, nyeri dan bengkak pada lidah, kulit mata dan mulut berwarna kuning, limpa membesar, dan proses penyembuhan luka terganggu.

PENYEBAB DAN DAMPAK ANEMIA

Faktor pendorong terjadinya anemia pada remaja adalah adanya penyakit infeksi yang kronis, haid yang berlebihan pada remaja putri, pendarahan akibat kecelakaan, jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk dari zat besi, vitamin B12, vitamin B6, vitamin C dan tembaga (Andriani dan Wirjatmadi, 2013). Arisman (2010) menyatakan bahwa anemia defisiensi zat besi disebabkan oleh tiga penyebab, yaitu kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi dan penyerapan yang tidak adekuat, serta peningkatan kebutuhan asupan zat besi untuk pembentukan sel darah merah. Anemia juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti periode haid yang lama, kebiasaan melewatkan sarapan pagi, status gizi kurang, pendidikan ibu yang kurang memahami anemia, asupan zat besi dan protein tidak sesuai dengan kebutuhan, serta adanya faktor inhibitor penyerapan zat besi seperti tanin. Pengetahuan mengenai anemia juga merupakan faktor dominan terhadap anemia remaja. Remaja yang memiliki pengetahuan kurang mengenai anemia lebih beresiko 3,3 kali dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan baik. Pengetahuan mengenai anemia yang kurang akan mempengaruhi pemilihan makanan yang bersifat membantu dan menghambat penyerapan besi dalam tubuh.

Anemia pada remaja berdampak terhadap penurunan imunitas sehingga remaja mudah terinfeksi, menghambat pertumbuhan, menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, menurunkan kebugaran fisik, produktifitas, kinerja dan menurunkan daya saing di tingkat global yang dapat berdampak terhadap kemampuan untuk mendapatkan penghidupan yang layak di kemudian hari. lndonesia membutuhkan remaja yang produktif, kreatif, serta kritis demi kemajuan bangsa, dan remaja dapat mencapai produktifitas dan kreativitas yang maksimal serta mempunyai pemikiran yang kritis, apabila mereka sehat. Remaja sehat bukan hanya dilihat dari fisik, tetapi juga kognitif, psikologis, dan sosial. Perkembangan saat remaja, sangat menentukan kualitas seseorang untuk menjadi individu dewasa. Selian itu, secara khusus anemia dan status gizi yang buruk pada remaja putri memberikan kontribusi negatif bila hamil pada usia remaja ataupun saat dewasa kelak yang dapat menyebabkan kelahiran bayi lahir prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), kesakitan bahkan kematian pada ibu dan bayi. Oleh karena itu, ketika dampak anemia itu terjadi pada remaja putri maupun ibu hamil, maka harus ditangani secara cepat dan efektif. (Kusumawati, 2005).

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGANAN ANEMIA DI INDONESIA

Untuk mengatasi anemia pada remaja sekaligus untuk mencapai penurunan anemia sesuai target Rencana Pemerintah Jangka Menegah Nasional tahun 2020-2024 yaitu sebesar 20%, terdapat beberapa program dalam menangani permasalahan anemia, yaitu sebagai berikut:

1. Pedoman Gizi Seimbang

Pedoman Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yaitu:

  1. Mengonsumsi aneka ragam pangan
  2. Membiasakan perilaku hidup bersih
  3. Melakukan aktivitas fisik
  4. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal

Dalam pedoman gizi seimbang juga terdapat 10 pesan yang divisualisasikan dengan tumpeng gizi seimbang dan piring makanku. Pedoman gizi seimbang untuk remaja putri dan WUS mengacu pada buku Pedoman Gizi Seimbang yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

2. Suplementasi Tablet Tambah darah (TTD)

Kebijakan ini terdapat diatur lebih rinci dalam Permenkes Nomor 88 Tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil, Surat Edaran Kemenkes RI, Dirjen Kesmas nomor HK 03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur dan Pedoman Pencegahan Anemia Rematri dan WUS 2016 dari Kementerian Kesehatan.

Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa dalam mengimplementasikan kebijakan TTD dilakukan pembinaan yang dilaksanakan melalui (a)  komunikasi, informasi, dan edukasi;  (b) pemberdayaan masyarakat; (c) monitoring, evaluasi, bimbingan teknis; dan (d) supervise serta pengawasan standar tablet tambah darah Kepala Badan Badan yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab di bidang pengawasan obat dan makanan.

TTD memiliki spesifikasi sebagai berikut : berbentuk bulat/lonjong warna merah tua dengan komposisi: zat besi setara dengan 60 mg besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro Gluconat); dan asam folat 0,4 mg. Sasaran pemberian TTD yaitu remaja usia 12-18 tahun yang diberikan melalui institusi pendidikan dan wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun di institusi tempat kerja.

Pemberian TTD dilakukan untuk remaja putri usia 12-18 tahun dengan dosis 1 (satu) tablet per minggu sepanjang tahun yang didistribusikan melalui UKS/M di institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dengan menentukan hari minum TTD bersama setiap minggunya sesuai kesepakatan di wilayah masing-masing. Sedangkan pemberian TTD pada WUS di tempat kerja menggunakan TTD yang disediakan oleh institusi tempat kerja atau secara mandiri

3. Fortifikasi Pangan

Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Contoh bahan makanan yang difortifikasi adalah tepung terigu dan beras dengan zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2.  Zat besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan di rumah tangga dengan bubuk tabur gizi atau dikenal juga dengan Multiple Micronutrient Powder.

4. Pengembangan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Pengembangan KIE dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia pada beberapa kelompok sasaran, yaitu:

a. Kelompok masyarakat

Intervensi dilakukan di sekitar fasillitas kesehatan dengan sasaran masyarakat, melalui pelatihan terhadap tenaga kesehatan yang dilanjutkan dengan penyuluhan kepada karang taruna/LSM/dan sejenisnya serta kader Posyandu.

b. Remaja putri di sekolah

Intervensi dilakukan di sekolah dengan sasaran remaja putri, melalui pelatihan terhadap guru UKS atau mata pelajaran lain yang berhubungan, yang dilanjutkan dengan penyuluhan kepada siswa, orang tua wali murid oleh guru sekolah. Selanjutnya siswa dapat melakukan penyuluhan kepada siswa lain (peer) dan kantin sekolah.

c. Tenaga kerja wanita

Intervensi dilakukan di tempat kerja dengan sasaran tenaga kerja wanita (nakerwan), sosialisasi dilakukan kepada GP2SP/perusahaanperusahaan. Selanjutnya, dilakukan edukasi kepada nakerwan dan kemudian tenaga kerja wanita dapat meneruskan edukasi kepada sesama rekannya (peer).

d. Calon pengantin

Intervensi dilakukan terhadap calon pengantin, bertempat di Kantor Urusan Agama (KUA). Dilakukan orientasi kepada staf KUA/tempat ibadah lainnya oleh tenaga kesehatan setempat, yang dilanjutkan dengan edukasi oleh petugas KUA/tempat ibadah lainnya kepada calon pengantin.

PENGKAJIAN DAN REKOMENDASI ILMAGI TERHADAP KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENANGANAN ANEMIA DI INDONESIA

Berdasarkan telaah informasi, observasi lingkungan dan diskusi yang dilakukan ILMAGI mengenai kebijakan dan program penanganan anemia di Indonesia, berikut beberapa rekomendasi yang dapat dipertimbangkan untuk pemerintah dan/atau stackholder yang terkait:

  1. Perlu ditingkatkannya pemerataan distribusi Tablet Tambah Darah (TTD) gratis ke sekolah dan fasilitas kesehatan yang dilakukan secara berkala;
  2. Perlu ditingkatkannya pengawasan terhadap konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) setelah diberikan kepada sasaran. Hal ini dapat dilakukan melalui pengoptimalan peran kader, guru, dan orangtua/orang seiktar atau inovasi lainnya yang membuat sasaran patuh dalam mengonsumsi TTD yang telah diberikan sesuai anjuran;
  3. Perlunya inovasi dalam mengembangkan media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat terutama wanita usia subur (remaja putri dan ibu hamil) mengenai pedoman gizi seimbang, tren diet yang berisiko meningkatkan kejadian anemia, dan anemia itu sendiri. Dalam edukasi mengenai anemia, selain mengedukasi mengenai anemia secara umum, juga perlu ditekankan informasi mengenai makanan/minuman apa saja yang dapat meningkatkan dan menghambat penyerapan zat besi, urgensi meminum tablet tambah darah, efek samping yang mungkin dapat terjadi, dan keuntungan yang didapat jika mengonsumsi TTD secara patuh;
  4. Perlu ditingkatkannya gerakan/kampanye pemeriksaan Hemoglobin kepada wanita usia subur untuk meningkatkan kesadaran dan perubahan perilaku terkait anemia;
  5. Perlunya dibuat anjuran dosis yang lebih spesifik untuk wanita usia subur yang anemia dan tidak anemia untuk meningkatkan efesiensi TTD;
  6. Perlu ditingkatkannya sosialisasi, advokasi, dan penegasan aturan mengenai fortifikasi zat besi dan asam folat pada bahan pangan kepada lembaga terkait terutama industri pangan;
  7. Perlunya modifikasi pelayanan kesehatan dan petunjuk teknis dalam memberikan Tablet Tambah Darah (TTD) bagi wanita usia subur di sekolah atau fasilitas pelayanan kesehatan.

Rekomendasi ILMAGI untuk Remaja Putri di Indonesia

1. Menerapkan gizi seimbang termasuk menjaga berat badan ideal dan melakukan aktifitas fisik secara rutin

Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dapat mencegah berbagai masalah gizi termasuk anemia. Bagi remaja putri juga disaranakan agar lebih memperhatikan pada asupan makanan sumber zat besi baik hewani maupun nabati serta memperhatikan waktu dalam mengonsumsi makanan/minuman yang mengandung zat yang dapat meningkatkan atau menurunkan penyerapan zat besi. Zat yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi diantaranya vitamin C, vitamin A dan betakaroten. Sementara itu, zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi diantaranya asam fitat (seperti pada kacang-kacangan), kalsium (seperti pada susu dan produk susu), dan polifenol (seperti pada teh dan kopi). Oleh karena itu, kombinasikan makanan tinggi zat besi dengan zat yang dapat meningkatkan absorbsinya dan hindari minum teh, kopi, dan susu berbarengan dengan waktu makan (melainkan diminum diantara jam makan).

Remaja putri juga perlu mengetahui standar berat badan ideal yang sehat serta melakukan aktivitas fisik secara rutin karena melalui kedua hal ini remaja putri lebih berpotensi memiliki kadar hemoglobin yang normal.

2. Mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) 1 kali dalam seminggu

Mengonsumsi TTD 1 kali seminggu sesuai anjuran Kementerian Kesehatan dapat mencegah remaja dari kejadian anemia, sekaligus mempersiapkan kehamilan dan kelahiran bayi yang sehat dikemudian hari.

3. Melakukan cek kesehatan (termasuk hemoglobin) secara berkala

Diharapkan dengan mengetahui nilai hemoglobin, remaja dapat lebih aware terhadap kesehatannya dan merubah pola hidupnya menjadi lebih sehat.

4. Membaca label pangan sebelum membeli/mengonsumsi suatu pangan

Tujuannya agar remaja dapat mengontrol kalori dan zat gizi yang diasupnya serta agar lebih mempertimbangkan makanan/minuman berdasarkan nilai gizinya.

5. Memperbaiki pola, durasi dan kualitas tidur

Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola, durasi, dan kualitas tidur dengan kejadian anemia. Durasi tidur yang dianjurkan untuk remaja berkisar antara 7-9 jam.

PENUTUP DAN HARAPAN

Melalui peringatan Hari Gizi Nasional 2021 ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan komitmen masyarakat terhadap permasalahan anemia, dan mendorong adanya upaya untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi edukasi gizi seimbang dan program Tablet Tambah Darah yang sudah ada, serta melahirkan upaya-upaya lain yang lebih efektif untuk menekan kejadian anemia ini.  Selain itu, diharapkan melalui momentum ini para pemangku kepentingan termasuk unsur pemerintah menjadi lebih peduli dan memiliki komitmen yang tinggi untuk ikut berperan serta bekerja sama dalam meningkatkan perbaikan gizi dan derajat kesehatan masyarakat. Mari bersama dan berkalaborasi dalam rangka menurunkan prevalensi anemia di Indonesia untuk generasi pembangun negri yang lebih baik.

SUMBER BACAAN

Access O. Kebiasaan Makan Remaja Putri yang Berhubungan dengan Anemia : Kajian Positive Deviance Food Consumption Habits of Female Adolescents Related to Anemia : A Positive Deviance Approach. 2017;105–16.

Abdulsalam, M., & Daniel, A. (2002). Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Sari Pediatri, 4(2), 74.

Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi Diagnosis and Management of Iron Deficiency Anemia. Majority, 5, 166–169.

Andriani, M dan Wirjatmadi, B. 2013. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.

Arisman, MB. 2010. Gizi Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Akib, Alfishar dan Sumarmi, Sri. 2017. Kebiasaan Makan Remaja Putri yang Berhubungan dengan Anemia : Kajian Positive Deviance. Amerta Nutr. 1(2), 105-116.

Jaelani, Mahmut., Simanjuntak, Betty Y., dan Yuliantini, Emy. 2017. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan. 8(3), 358-368.

Simanungkalit, Sintha F., dan Simarmata, Oster S. 2019. Pengetahuan dan Perilaku Konsumsi Remaja Putri yang Berhubungan dengan Status Anemia. Buletin Penelitian Kesehatan. 47(3), 175-182.

Basith, A., Agustina, R., & Diani, N. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, 5(1), 1-10.

Fadila, Ila and Kurniawati, Heny. 2018. Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Puteri sebagai Pilar Menuju Peningkatan Kesehatan Ibu. Prosiding Seminar Nasional FMIPA-UT 2018: Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). pp. 78-89. ISSN 2088-0014.

Indonesia. Surat Edaran Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan wanita usia subur. Kementerian Kesehatan RI. 2016.

Kehutanan PM, Teknis P, Hutan R, Lahan DAN, Rahmat D, Yang T, et al. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Standar Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur Dan Ibu Hamil Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menimb. 2008.

Kemenkes RI. (2018). Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan WUS, Kementerian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI, 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan. Republik Indonesia.

Verena Tan, RD, PhD. 2017. How to Increase the Absorption of Iron From Food. Written. https://www.healthline.com/nutrition/increase-iron-absorption#TOC_TITLE_HDR_5.

Kirana, D. P. (2011). Hubungan Asupan Zat Gizi dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMA N 2 Semarang. Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Khotimah, H. (2019). Pengaruh Edukasi Gizi Melalui Media Facebook Terhadap Pengetahuan Anemia Dan Konsumsi Protein, Zat Besi, Dan Vitamin C Pada Remaja Putri Desa Tebas Kuala. Pontianak Nutrition Journal (PNJ), 2(1), 1-5.

Kusumawati, S . (2005) . Perbedaan Kadar Hb dan Prestasi Belajar Pada Remaja di Institusi  Sekolah Pengembang dan Non Pengembang TTD Mandiri di Kabupaten Pemalang. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Menengah DIS. Model Implementasi Pemberian Tablet Tambah Darah. 2020;6(1):17–22.

Natalia E.2015.Kelainan Darah.Yogyakarta (ID) : Yogyakarta Nuha Medika.

Nuraeni, R., Sari, P., Martini, N., Astuti, S., & Rahmiati, L. (2019). Peningkatan Kadar Hemoglobin melalui Pemeriksaan dan Pemberian Tablet Fe Terhadap Remaja yang Mengalami Anemia Melalui “Gerakan Jumat Pintar.” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 5(2), 200.

Saputro, K. Z. (2018). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja. Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17(1), 25-32.

Sya’bani I N, Sumarmi S. 2016. Hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada santriwati di pondok pesantren darul ulum peterongan jombang. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 1(1): 7-15.

WHO, 2008. Worldwide Prevalence of Anemia 1993–2005: WHO Global Database on Anemia.

Wirawan. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wirawati,D,,  Nursasi, AY., Mulyono S. 2017. Upaya Pencegahan Anemia Pada Remaja Puteri Sebagai Pilar Menuju Peningkatan Kesehatan Ibu. Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan). 4 (2), 185-194.

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *