Dodik Briawan, Ikeu Ekayanti, dan Ratu Diah Koerniawati
Oleh: Okta Fatimah, Universitas Muhammadiyah Surakarta
PENDAHULUAN
Sarapan merupakan makanan yang dikonsumsi sebelum atau pada awal kegiatan sehari-hari, dalam waktu dua jam setelah bangun tidur, biasanya
tidak lewat dari jam 10.00 dan memberi asupan kalori sekitar 20—35% dari total kebutuhan energi harian. Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangat penting, karena waktu sekolah anak-anak banyak melakukan aktivitas yang membutuhkan energi cukup besar. Hasil penelitian pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bogor menunjukkan ada perbedaan yang nyata dalam kemampuan konsentrasi menggunakan uji digit simbol antara anak yang biasa sarapan dengan yang tidak biasa sarapan. Penelitian lain menunjukkan bahwa konsumsi sarapan dapat meningkatkan fungsi kognitif yang berhubungan dengan memori, nilai tes, dan kehadiran di sekolah. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kampanye sarapan sehat terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan anak sekolah dasar di Kabupaten Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik anak; (2) menganalisis pengaruh intervensi kampanye sarapan sehat terhadap perubahan pengetahuan sarapan anak; (3) menganalisis pengaruh intervensi kampanye sarapan sehat terhadap perubahan sikap sarapan anak; (4) menganalisis pengaruh intervensi kampanye sarapan sehat terhadap perubahan kebiasaan sarapan anak; (5) menganalisis kontribusi sarapan terhadap tingkat kecukupan gizi anak dalam sehari.
METODE
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experimental study, yaitu subjek diberikan intervensi untuk perbaikan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan sarapan. Subjek dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari kegiatan “Gerakan Sarapan Sehat melalui Kampanye Terintegrasi antara Ibu, Anak, Guru, dan Masyarakat oleh Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor”.
Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data karakteristik anak, kebiasaan sarapan anak, pengetahuan dan sikap tentang sarapan. Data terdiri dari data baseline dan endline, yaitu data sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Data baseline dan endline dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dilakukan oleh enumerator yang berasal dari mahasiswa Gizi Masyarakat Angkatan 46 Institut Pertanian Bogor.
Data karakteristik dan kebiasaan sarapan subjek dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data kebiasaan sarapan diukur dua kali yaitu sebelum dan setelah intervensi. Data pengetahuan dan sikap subjek diperoleh melalui kuesioner pada pre test dan post test.
Pada tahap penyampaian materi, setiap desa menggunakan media yang berbeda-beda. Terdapat empat media yang digunakan, yaitu menggunakan power point, wayang-wayangan, kartu bergambar, dan drama. Penyuluhan dengan menggunakan power point dilakukan dengan cara memberikan pendidikan mengenai sarapan, subjek memerhatikan materi yang
disampaikan oleh tim penyuluh dan dapat membaca materi yang disampaikan tersebut pada slide yang ditampilkan. Penyuluhan dengan wayang-wayangan
menggunakan wayang-wayangan sebagai media dan dalang untuk memainkan wayang tersebut. Pada penyuluhan dengan kartu bergambar dengan tema sarapan dilakukan dalam bentuk kuis, subjek diminta mencocokkan pertanyaan dengan jawaban menggunakan gambar-gambar yang telah disediakan. Penyuluhan lain yang dilakukan yaitu dengan metode drama. Pada penyuluhan ini tim penyuluh menyampaikan pesan dalam sebuah drama. Tim penyuluh memiliki peran masing-masing lalu memainkan perannya. Subjek menyaksikan drama yang dimainkan oleh tim penyuluh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan tentang sarapan secara umum, rata-rata skor pengetahuan tentang sarapan setelah intervensi kampanye sarapan sehat meningkat. Peningkatan rata-rata skor tertinggi terdapat pada penggunaan media kartu bergambar sebesar 19.55 (sebelum intervensi kampanye sarapan sehat 53.68±1.28 menjadi 73.23±1.14). Hasil paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ratarata total skor pengetahuan sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat (p<0.05). Hasil paired t-test menunjukkan bahwa perbedaan skor pengetahuan hanya diperoleh dari media kartu bergambar dan drama, sedangkan pada media power point dan wayang tidak terdapat perbedaan. Hasil ANOVA sebelum intervensi kampanye sarapan sehat menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar penggunaan media intervensi kampanye sarapan sehat. Hasil ANOVA setelah intervensi kampanye sarapan sehat menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antar media intervensi kampanye sarapan sehat yang digunakan (p<0.05). Hasil uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara media power point, wayang-wayangan, dan drama dengan media kartu bergambar. Media yang dapat meningkatkan skor pengetahuan paling tinggi adalah media kartu bergambar.
Sikap terhadap sarapan secara umum, terjadi peningkatan rata-rata skor sikap setelah intervensi kampanye sarapan sehat. Peningkatan rata-rata skor tertinggi terdapat pada penggunaan media kartu bergambar sebesar 10.86 (sebelum intervensi kampanye sarapan sehat 80.98±1.16 menjadi 91.84±1.09). Hasil paired t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat (p<0.05). Hasil paired t-test menunjukkan bahwa perbedaan skor sikap hanya diperoleh dari media power point, kartu bergambar, dan drama, sedangkan pada media wayang tidak terdapat perbedaan. Hasil ANOVA sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar media intervensi kampanye sarapan
sehat yang digunakan (p<0.05). Hasil uji lanjut Tukey setelah intervensi kampanye sarapan sehat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara media power point, wayang-wayangan, dan drama dengan media kartu bergambar. Media yang dapat meningkatkan skor sikap paling tinggi adalah media kartu bergambar (p<0.05)
Kebiasaan sarapan membiasakan anak usia 8-11 tahun untuk sarapan akan memengaruhi kemampuan anak dalam memecahkan masalah dan konsentrasi membaik, sikap, dan prestasi lebih baik. Melewatkan sarapan akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa, sehingga dapat menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tidak tersedia suplai energi. Sebagian besar subjek melakukan sarapan baik sebelum dilakukan intervensi maupun setelah dilakukan intervensi. Peningkatan kebiasaan sarapan subjek yang melakukan sarapan tertinggi yaitu pada penggunaan media kartu bergambar, yaitu sebesar 86.7% setelah diberikan intervensi. Selisih peningkatan subjek yang melakukan sarapan tertinggi terdapat pada subjek yang diberi intervensi dengan media drama, yaitu sebesar 10.2%. Namun masih juga terdapat subjek yang tidak melakukan kebiasaan sarapan yaitu pada penggunaan media power point sebesar 8.0%. Persentase tersebut masih lebih rendah dari hasil studi di Indonesia, dimana sekitar 20 hingga 40% anak-anak Indonesia tidak terbiasa untuk sarapan. Melewatkan sarapan akan menyebabkan cadangan energi tubuh menjadi habis setelah semalaman. Jarak sekitar dua belas jam antara makan malam dan sarapan akan menyebabkan penurunan kadar glukosa darah, sehingga menyebabkan kekurangan glukosa. Jika hal ini terjadi, dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi otak.
KESIMPULAN
Skor rata-rata pengetahuan dan sikap setelah intervensi mengalami peningkatan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total skor
pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat. Terdapat perbedaan yang signifikan antara media kampanye sarapan
sehat yang digunakan yaitu power point, wayang-wayangan, dan drama dengan media kartu bergambar. Terdapat perbedaan yang signifikan antara proporsi kategori pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah intervensi kampanye sarapan sehat (p<0.05). Peningkatan persentase kebiasaan sarapan yang baik yaitu dengan menggunakan media kartu bergambar. Kampanye sarapan sehat khususnya mengenai sarapan harus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh semua pihak yaitu anak-anak, ibu, guru, dan tokoh masyarakat. Hal ini diperlukan agar kebiasaan sarapan selalu diterapkan sehingga asupan zat gizi dapat terpenuhi. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan alat bantu yang lebih mudah diterima dan dipahami dengan memerhatikan isi materi yang akan disampaikan kepada anak-anak sekolah dasar sehingga anak-anak dapat menerapkan kebiasaan sarapan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Briawan, Dodik, Ikeu Ekayanti, dan Ratu Diah Koerniawati. 2013. Pengaruh Media Kampanye Sarapan Sehat Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan 8(2): 115—122