ANALISIS KONSUMSI BUAH DAN SAYUR PADA MODEL SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DI SEKOLAH DASAR
Fitri Anisah, Universitas Indonesia
Pendahuluan
Tiga pilar utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing adalah kesehatan, pendidikan, serta peningkatan daya beli keluarga. Tersedianya makanan di sekolah yang disertai dengan pendidikan gizi merupakan peran seorang ahli gizi dalam suatu kegiatan penyelenggaraan makanan. Penyelenggaraan makanan di sekolah memiliki manfaat dalam pencapaian akademik, perbaikan status gizi, dan kehadiran siswa di sekolah. Hal tersebut juga dapat diterapkan dalam keluarga melalui kebiasaan makan yang baik dalam keluarga.
Prevalensi nasional kurang makan buah dan sayur pada penduduk umur >10 tahun adalah 93,6%. WHO merekomendasikan konsumsi buah dan sayur untuk semua kelompok usia adalah 5 porsi per hari (400 gram) namun pada kenyataannya konsumsi buah dan sayur di Asia Tenggara hanya sebesar 182 gr/hari pada anak usia 5-14 tahun sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsumsi buah dan sayur pada model sistem penyelenggaraan makanan di sekolah dasar.
Metode Penelitian
Desain penelitian menggunakan studi cross sectional yang dilaksanakan di Yayasan Al Muslim Tambun Cibitung Bekasi (sekolah dengan tempat produksi penyelenggaraan makanan di dalam lingkungan sekolah dan mempekerjakan ahli gizi) dan SDIT Al Hidayah Cibinong Bogor (sekolah dengan penyelenggaraan makanan oleh catering). Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai September 2015 dengan cara purposive sampling. Kriteria inklusi adalah siswa yang mendapatkan pemberian makanan di sekolah. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok siswa kelas 5 yang didampingi ahli gizi (n=43) dan kelompok siswa kelas 4 dan 5 yang tidak didampingi ahli gizi (n=42). Data primer berupa data subjek meliputi jenis kelamin, umur, konsumsi pangan, berat badan, tinggi badan, dan IMT/U. Data subjek diperoleh melalui wawancara dengan anak menggunakan kuesioner, konsumsi pangan diperoleh melalui melalui FFQ, status gizi (IMT/U) diperoleh dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan lalu disesuaikan dengan Z-score standar WHO. Proses pengolahan data menggunakan program IBM SPSS Statistic versi 22. Analisis statistik deskriptif dilakukan pada data karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), dan data konsumsi pangan. Untuk menganalisis perbedaan konsumsi buah dan sayur pada kedua sekolah menggunakan uji T independen.
Hasil
Status gizi siswa SDI Al Muslim termasuk dalam kategori normal (0.52±1.33) sedangkan pada siswa SDIT Al Hidayah sudah termasuk dalam kategori overweight (1.08±1.43). Status gizi di kedua sekolah ini tidak berbeda secara nyata p=0,065 (p>0.05).
Buah yang paling sering dikonsumsi oleh siswa SDI Al Muslim berturut-turut adalah pisang (4,1±2,6 kali/minggu), jeruk (3,9±2,8 kali/minggu), dan apel (2,9±2,3 kali/minggu). Siswa SDIT Al Hidayah sering mengonsumsi buah pisang (5,2±2,9 kali/minggu), jeruk (6,1±2,8 kali/minggu), dan apel (5,0±3,4 kali/minggu). Sayuran yang sering dikonsumsi oleh siswa SDI Al Muslim adalah wortel (3,3±3,0 kali/minggu), bayam (3,2±2,9 kali/minggu) dan kangkung (3,1±2,8 kali/minggu). Siswa SDIT Al Hidayah sering mengonsumsi sayuran berupa wortel (5,8±2,7 kali/minggu), bayam (4,7±2,5 kali/minggu) dan kangkung (4,4±2,8 kali/minggu).
Rata-rata konsumsi gizi subjek di SDI Al Muslim adalah 1217,99 kkal energi, 5,37 g serat, 430,38 IU vitamin A dan 33,92 mg vitamin C sedangkan rata-rata konsumsi gizi subjek di SDIT Al Hidayah adalah 1413,69 kkal energi, 8,13 g serat, 433,57 IU vitamin A dan 25,81 mg vitamin C.
Berdasarkan angka kecukupan gizi untuk anak sekolah usia 9 sampai 12 tahun, diperoleh rata-rata persentase tingkat konsumsi energi, serat, vitamin A dan vitamin C di SDI Al Muslim masing-masing 74,82%, 18,08%, 68,66% dan 5,50% sedangkan rata-rata persentase tingkat konsumsi energi, serat, vitamin A dan vitamin C di SDIT Al Hidayah masing-masing 87,90%, 25,65%, 68,39% dan 4,24.
Sebagian besar subjek di SDI Al Muslim memiliki tingkat kecukupan energi defisit tingkat berat (41,9%), defisit tingkat sedang (23,3%), defisit tingkat ringan (9,3%), dan normal (25,6%). Sedangkan di SDIT Al Hidayah memiliki tingkat kecukupan energi defisit tingkat berat (23,8%), defisit tingkat sedang (16,7%), defisit tingkat ringan (9,5%), normal (40,5%) dan kelebihan (9,5%). Secara statistik terdapat perbedaan nyata terhadap tingkat kecukupan energi antara dua model sistem penyelenggaraan makanan dimana nilai p=0,018 (p<0,05).
Berdasarkan kategori tingkat kecukupan serat, vitamin A, dan vitamin C, sebagian besar subjek di SDI Al Muslim memiliki tingkat kecukupan serat yang defisit (100%), tingkat kecukupan vitamin A defisit (69,8%), vitamin C sebagian besar defisit (100%). Sedangkan di SDIT Al Hidayah memiliki tingkat kecukupan serat yang defisit (95,2%), tingkat kecukupan vitamin A defisit (71,4%), vitamin C sebagian besar defisit (100,0%). Secara statistik tidak terdapat perbedaan nyata terhadap tingkat kecukupan serat, vitamin A, dan vitamin C antara dua model sistem penyelenggaraan makanan dimana nilai p berturut-turut p=0,048, p=0,955 dan p=0,458.
Pembahasan
Prevalensi kegemukan anak usia 6-12 tahun lebih rendah pada anak perempuan (13,4%) dibandingkan dengan anak laki-laki (16,8%) karena anak perempuan lebih sering membatasi makan dengan alasan penampilan. Status gizi siswa Al Muslim berdasarkan IMT/U (WHO 2007) termasuk dalam kategori normal sedangkan pada siswa Al Hidayah sudah termasuk dalam kategori overweight. SDI Al Muslim dan SDIT Al Hidayah merupakan sekolah dengan tingkat sosial menengah keatas sehingga status gizi di kedua sekolah tersebut tidak berbeda secara nyata.
Konsumsi buah dan sayur yang rendah disebabkan pola sarapan dan pemberian snack yang tidak teratur sehingga dibutuhkan peningkatan 50% pemberian porsi buah dan sayur.
Asupan energi berbeda secara nyata di kedua sekolah. Sebagian besar anak usia sekolah mengalami defisit energi, lemak, karbohidrat, air, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin C, kalsium, fosfor, dan zink sehingga dibutuhkan peranan ahli gizi dalam perencanaan menu dengan memperhatikan prinsip gizi seimbang, kebutuhan masing-masing individu terutama umur dan jenis kelamin anak sekolah.
Kesimpulan
Vitamin C dan Vitamin C tidak mengandung vitamin C dan Vitamin C Konsumsi serat di SDIT Al Hidayah lebih tinggi dibandingkan dengan SDI Al Muslim. Saran untuk SDIT Al Hidayah perlu ahli gizi yang menyediakan pengelola makanan di sekolah. Pendidikan gizi juga perlu diadakan di sekolah agar konsumsi serat, vitamin A, dan vitamin C dapat ditingkatkan secara optimal sesuai dengan AKG anak sekolah.
Daftar Pustaka
Ronitawati, Putri., Setiawan, Budi., Sinaga, Tiurma. 2016. Analisis Konsumsi Buah dan Sayur pada Model Sistem Penyelenggaraan Makanan di Sekolah Dasar. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 12 (1): 35-40.