REVIEW JURNAL : PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN JAJANAN, PENDIDIKAN GIZI, DAN SUPLEMENTASI BESI TERHADAP STATUS GIZI, PENGETAHUAN GIZI, DAN STATUS ANEMIA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Jurnal Gizi dan Pangan. 8(2): 103—108

Oleh : Ainun Nurhaliza (Universitas Esa Unggul) dan Ananda Nur Muharromah (UIN Walisongo)

Pendahuluan
Negara yang berkembang adalah negara yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas SDM dapat ditentukan pada periode usia sekolah. Namun, pada tingkat sekolah dasar memiliki ketidaktahuan tentang gizi dan ketidaktahuan tersebut menimbulkan masalah yang cukup serius. Karena hal tersebut di perlukan adanya penanganan khusus tentang masalah kualitas SDM tersebut.
Penanganan untuk masalah status gizi pada masa sekolah dasar dapat di tangani dengan cara pemberian jajanan makanan yang dapat mengkontribusi sebanyak 30% energy dan 22.3% protein. Selain pemberian jajanan makanan dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan tentang pendidikan gizi kepada siswa sekolah dasar.
Pemberian jajanan ini menyajikan makanan yang sehat dan bergizi untuk anak sekolah. Jajanan yang sehat dan bergizi disajikan dalam kantin sekolah dengan kerja sama pihak masyarakat dan pihak swasta yang memiliki program CSR (Corporate Social Responsibility)

Metode
Metode pada penelitian ini dilakukan pada siswa SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai bulan februari 2013. Dari siswa SD tersebut diambil 100 subjek yang terdiri dari kelas 4, 5, dan 6. Diberikan perlakuan selama 3 bulan dan mendapatkan hasil 81 subjek dari 100 subjek.
Penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data tentang jenis kelamin, umur, uang saku, status gizi, pengetahuan gizi, status anemia, pola konsumsi makanan sumber zat besi, kandungan gizi, dan daya terima makanan jajanan serta kadar hemoglobin dalam darah. Data sekunder adalah keadaan umum SDN Palasari 02. Data tersebut diperoleh dari pengisian kuesioner siswa melalui wawancara. Hal tersebut dilakukan selama 3 bulan.

Hasil
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut; untuk status gizi menunjukan bahwa 80,25% subjek berstatus gizi normal. Dengan kategori status gizi subjek secara berurutan yaitu 2,47% kategori status gizi sangat kurus, 8,64% berstatus gizi kurus, 7,41% status gizi overweight, dan 1.23% status gizi obes. Dari hasil uji beda menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi laki-laki dengan perempuan dan usia subjek dengan kelompok status gizi (p>0,05). Selanjutnya pengetahuan gizi subjek berada pada ketiga kategori, yaitu kurang (85,19%), sedang (13,58%), dan baik (1,23%). Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi perempuan dan laki-laki (p>0.05), namun terdapat perbedaan antara kelas 4, 5, maupun kelas 6 (p<0.05). Kemudian rata-rata kadar hemoglobin subjek perempuan dan laki-laki sebesar 9,54 g/dl dan 9,80 g/dl. Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status anemia subjek perempuan dengan laki-laki dan usia subjek antara kelompok status gizi (p>0.05).
Peningkatan tingkat pengetahuan gizi subjek sebesar 20.06%. Berdasarkan hasil uji statistik paired t test, terdapat perubahan pengetahuan gizi yang signifikan antara sebelum dan setelah intervensi (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi yang diberikan selama sebelas hari memberikan pengaruh terhadap pengetahuan gizi subjek.

Pembahasan
Pada penilitian Sebesar 95,33%. Persentase daya terima tertinggi subjek adalah terhadap jajanan donat coklat, jelly, martabak mini, nasi putih ayam, nasi uduk daging, roti bakar, dan singkong keramas (100,00%). Persentase daya terima terendah adalah terhadap jajanan mie goreng (89,81%). Nilai rata-rata kandungan energi sebesar 269 Kal, protein sebesar 5,39 g, vitamin A sebesar 75,65 RE, dan zat besi sebesar 0,96 mg. Kontribusi zat gizi tertinggi dari makanan jajanan yaitu vitamin A (14.49%). Kontribusi zat gizi lainnya dari makanan jajanan terhadap AKG subjek antara lain energi sebesar 13.08%, protein sebesar 10,28%, dan zat besi sebesar 6,56%. Hasil penelitian Yasmin dan Madanijah (2010) menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi energi dari konsumsi jajanan siswa SD lebih dari 20%. Berdasarkan hasil uji statistik paired t test, intervensi pemberian makanan jajanan dinilai tidak berpengaruh terhadap status gizi (IMT/U) namun dapat meningkatkan z-score subjek. Dari hasil penelitian terjadi peningkatan tingkat pengetahuan gizi subjek sebesar 20,06% yang menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi yang diberikan selama sebelas hari memberikan pengaruh terhadap pengetahuan gizi subjek. Pendidikan gizi meningkatkan pengetahuan gizi aktual subjek (Maiburg et al., 2003).
Dengan rata-rata tingkat pengetahuan gizi subjek sebelum intervensi pemberian pendidikan gizi adalah sebesar 47,53% (kurang) dan meningkat setelah intervensi pemberian pendidikan gizi yaitu sebesar 67,59% (baik). Persentase total zat besi yang diabsorpsi tubuh sebesar 0,69 mg, sedangkan rata-rata kecukup-an per anak per hari sebesar 0,89 mg/hari, sehingga nilai persentase terhadap kecukupan zat besi yang diabsorpsi oleh tubuh sebesar 77,72%. Angka ini masih kurang dari kecukupan gizi yang seharusnya. Diduga kekurangan konsumsi zat besi oleh subjek yang mengakibatkan sebagian besar subjek menderita anemia gizi besi. Makanan yang berasal dari pangan hewani jarang diberikan kepada anak-anak di daerah sosioekonomi rendah (Jiang et al., 2009). Persentase total zat besi yang diabsorpsi tubuh sebesar 0.69 mg, sedangkan rata-rata kecukup-an per anak per hari sebesar 0.89 mg/hari, sehingga nilai persentase terhadap kecukupan zat besi yang diabsorpsi oleh tubuh sebesar 77.72%. Angka ini masih kurang dari kecukupan gizi yang seharusnya. Diduga kekurangan konsumsi zat besi oleh subjek yang mengakibatkan sebagian besar subjek menderita anemia gizi besi. Hal ini disebabkan karena total konsumsi zat besi dalam makanan sebesar 10.55 mg/hari, dengan konsumsi makanan sumber zat besi terbesar berasal dari nabati yaitu tempe sebesar 33 g/hari, sedangkan konsumsi terendah yaitu 1 g/hari berasal dari kacang merah, daging sapi, hati sapi, ikan mujair, rebon udang, daun melinjo, dan madu.
Makanan yang berasal dari pangan hewani jarang diberikan kepada anak-anak di daerah sosioekonomi rendah (Jiang et al., 2009). Kemudian dilakukan intervensi dengan memberikan suplementasi zat besi terhadap status anemia subjek. Uji statistik paired t test yang dilakukan pada status anemia subjek menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi (p<0.05). Suplementasi zat besi merupakan salah satu pencegahan dan pengendalian anemia karena defisiensi zat besi (Gibney, 2008).

Kesimpulan
Pemberian makanan jajanan tidak berpengaruh terhadap status gizi subjek, tetapi meningkatkan z-score dan asupan zat gizi pada subjek. Pemberian pendidikan gizi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan gizi subjek sedangkan pemberian suplementasi zat besi dapat menurunkan resiko anemia akibat dari defisiensi zat besi.

Daftar Pustaka
Adhitya Aji Candra, Budi Setiawan, dan M. rizal M. Damanik. 2013. Pengaruh pemberian makanan jajanan, pendidikan gizi, dan suplementasi besi terhadap status gizi, pengetahuan gizi, dan status anemia pada siswa sekolah dasar. Jurnal Gizi Dan Pangan. 8(2): 103—108

Advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *