PENGGUNAAN STYROFOAM DAPAT MENYEBABKAN KANKER, MITOS ATAU FAKTA ?
Kemasan makanan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung makanan agar makanan aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Namu tidak semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling sering kita jumpai saat ini adalah Styrofoam.
Styrofoam merupakan salah satu pilihan yang paling popular untuk digunakan sebagai pengemas barang-barang yang rentan rusak maupun makanan sekalipun. Styrofoam memiliki keunggulan yaitu praktis dan tahan lama. Hal inilah yang menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi para penjual maupun konsumen makanan untuk menggunakannya. Sampai saat ini belum banyak yang sadar bahaya dibalik penggunaan kemasan Styrofoam. Menurut Mulyanto (2013), bahaya styrofoam berasal dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana. Benzana inilah yang termasuk zat yang dapat menimbulkan banyak penyakit (Mulyanto, 2013).
Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:
1. Suhu yang tinggi : Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
2. Kadar lemak tinggi : Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.
3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi : Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.
4. Lama kontak : Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yangbermigrasi ke dalam makanan.
Selain itu, pada senyawa pembuat Styrofoam terdapat butil hidroksi toluene (BHT) atau n-butyl stearat. Kandungan zat ini menurut penelitian kimia LIPI dapat memicu timbulnya kanker dan penurunan daya pikir anak. Masalah kesehatan yang dapat muncul setelah terpapar jangka panjang yaitu menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati periperal.
Jadi, berdasarkan factor diatas stryrofoam dapat menyebabkan kanker adalah FAKTA. Dapat dilihat dari factor dan bahan membuat Styrofoam itu sendiri, maka dari itu dihimbau kepada masyarakat agar dapat mengurangi penggunaan dari Styrofoam itu sendiri mengingat bahwa efek yang ditimbulkan jika menggunakan Styrofoam bersamaan dengan factor tersebut dapat mengadung zat berbahaya yang dapat menyebabkan kanker.
Daftar pustaka :
Fitidarini, noor laily, Enri damanhuri. 2011. Timbulan sampah Styrofoam di kota bandung. Jurnal Teknik lingkungan. 17(2). 87-89.
Halim, Abdul, 2013, Pengaruh pemakaian limbah stryrofoam terhadap kuat tekan dan berat batako. Jurnal Widya Teknika Vol 21 No.1 Maret 2013.